Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Sukses Produksi D100, Menperin Girang Bukan Kepalang

Pertamina Sukses Produksi D100, Menperin Girang Bukan Kepalang Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, terus mendorong pengembangan green diesel. Selain untuk menekan impor BBM, kebijakan ini juga akan meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

Agus mengatakan pemerintah bertekad untuk mengurangi tingginya impor BBM dengan memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan bakar nabati. Komitmen pemerintah tersebut dibuktikan dengan mandatori biodiesel 30 persen (B30) sejak Desember 2019 hingga saat ini.

"Presiden juga telah memerintahkan untuk menambah komposisi pencampuran bahan bakar nabati untuk jenis diesel sampai dengan 40 persen, 50 persen, hingga 100 persen, untuk menunjukkan kedaulatan energi nasional yang mandiri dan berdikari," kata Agus di Riau, belum lama ini.

Baca Juga: Pertamina Siap Produksi Bahan Bakar 100 Persen Sawit

Untuk mewujudkan instruksi presiden tersebut, kata dia, rekayasa produk serta proses produksi green diesel yang berkualitas tinggi dan keekonomian jadi kunci utama.

Menurut dia, tim peneliti dari PT Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB) telah berhasil melakukan rekayasa coprocessing minyak sawit yang membuat Indonesia menjadi salah satu referensi teknologi produksi biofuel dunia.

"Di Dumai, kami menyaksikan langsung hasil karya riset dan aplikasi teknologi produksi green diesel dari minyak sawit. Kami sangat mengapresiasi hasil kerja keras tim ITB di bawah pimpinan Prof Soebagjo dan tim peneliti Pertamina yang berhasil mewujudkan teknologi produksi green diesel secara stand alone dengan Katalis Merah Putih made in Indonesia," paparnya.

Menurut Agus, pengembangan industri green diesel juga merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kelas petani rakyat sebagai stakeholder utama industri sawit nasional. Artinya, program ini akan lebih banyak memberikan kesejahteraan bagi para petani kelapa sawit.

"Program B30 telah dirancang dan dijalankan secara konsisten untuk mencegah turunnya harga CPO global akibat fenomena oversupply dunia," tuturnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: