Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pedih, Gadis Palestina Kenang Cerita di Penjara Buruk Israel

Pedih, Gadis Palestina Kenang Cerita di Penjara Buruk Israel Kredit Foto: Twitter/@protest_nyc
Warta Ekonomi, Ramallah, Tepi Barat -

Kepedihan meliputi gadis-gadis Palestina ketika tentara Israel menyerbu rumah mereka di dekat Ramallah dini hari.

Mereka diborgol dan ditutup matanya di depan anggota keluarga mereka sebelum dimasukkan ke dalam mobil. Samah Jaradat (22), dibawa ke penjara hanya tiga hari setelah lulus dari Universitas Birziet di Tepi Barat.

Baca Juga: Berulah Lagi, Israel Izinkan Kafe Dibuka di Dekat Masjid Ibrahimi

j7FOJ.jpg?fit=1110%2C934&ssl=1

Sembilan hari sebelumnya, teman kuliahnya, Mays Abu Gosh, dijemput dari rumahnya dan dibawa ke pusat interogasi Moskobiyeh. Mereka dituduh berpartisipasi dalam kegiatan himpunan mahasiswa di universitas.

Jaradat dipaksa keluar dari rumahnya dan dibawa ke fasilitas militer.

“Tentara membawa saya ke lokasi yang tidak diketahui, membuat saya bingung. Setelah banyak tindakan berbahaya, para interogator memberi tahu saya bahwa saya berada di pusat interogasi Moskobiyeh,” kata Jaradat, menggambarkan detik-detik penangkapannya pada 7 September 2019.

Gadis Palestina itu mengatakan dia langsung dibawa ke sel kurungan isolasi dan di sana, dia tidak mendapatkan kebutuhan dasar yang cukup. 

Berbicara kepada Anadolu Agency, Jaradat mengatakan bahwa temannya Abu Gosh, yang ditangkap dari kamp Qalandia dekat Ramallah masih memiliki bekas penyiksaan di tubuhnya.

“Mereka merantainya dengan kursi kecil dengan kaki menyatu, lengan terulur ke atas, pusar ditarik ke arah tulang belakang. Saya mendengar dia berteriak berkali-kali. Mereka bermaksud mengintimidasi saya dengan ini," ujar dia. 

Jaradat dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara. Dia dibebaskan pada 4 Juni.

Sementara itu, Abu Gosh dijatuhi hukuman 16 bulan. Dia masih menjalani masa hukumannya di Penjara Damon dekat Haifa.

Mengenang hari-harinya di pusat interogasi Moskobiyeh, Jaradat mengatakan dia ditempatkan di sel kecil dengan beton kasar berwarna abu-abu gelap, tanpa jendela. 

“Lampu terus dinyalakan sepanjang waktu. Makanannya sangat tidak enak, dan para interogator tidak mengizinkan saya untuk mandi," tutur dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: