Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengungkapkan bahwa pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 seperti sejarah berulang seratus tahunan yang melanda Indonesia.
Sejarah mencatat, pandemi Flu Spanyol pernah melanda Nusantara pada tahun 1918 silam dan merenggut 4,5 juta jiwa. Sama dengan Covid-19 saat ini, tingkat kematian tertinggi Flu Spanyol kala itu juga dari Jawa Timur.
Baca Juga: Kasus Corona di Jatim Makin Parah, Terawan Berkantor di Surabaya
Saat itu, menurut Doni, sekira 23 persen dari populasi Pulau Madura meninggal dunia karena Flu Spanyol. Di bawahnya ada Kediri yang 20,62 persen warganya meninggal dunia karena terpapar Flu Spanyol, Surabaya 17,54 persen populasi, dan Pasuruan 14,32 persen populasi. Ia menegaskan persentase jumlah kematian itu berdasarkan populasi, bukan dari total terinfeksi Flu Spanyol.
"Bencana adalah peristiwa yang berulang, termasuk bencana nonalam," kata Doni di Surabaya, belum lama ini.
Saat itu, lanjut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, untuk menangani pandemi Flu Spanyol, mulanya Pemerintah Hindia Belanda fokus pada upaya kuratif dengan memaksimalkan peran rumah sakit. Namun, ketika tingkat kematian sulit dibendung maka strateginya pun diubah dengan cara mengintervensi budaya.
Pemerintah Hindia Belanda menggunakan wayang sebagai sarana sosialisasi pencegahan Flu Spanyol.
"Mereka mengajak masyarakat agar tahu cara mencegah Flu Spanyol. Begitu juga langkah kami sedari awal (dalam penanganan Covid-19), 80 persen adalah pencegahan. Jadi, lebih ke aspek psikologis," ujar Doni.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: