Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani Beberkan Fakta di Balik Bengkaknya Utang Indonesia

Sri Mulyani Beberkan Fakta di Balik Bengkaknya Utang Indonesia Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang Indonesia saat ini didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi rupiah.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani merinci posisi utang pemerintah per akhir Juni 2020 meningkat menjadi Rp5.264,07 triliun. Utang tersebut bertambah Rp484,8 triliun dari posisi akhir 2019 Rp4.779 triliun seiring kebutuhan dana untuk menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional akibat Covid-19.

Baca Juga: Sri Mulyani Segera Sebar Gaji ke-13, PNS Inginkan...

"Pembiayaan utang dengan instrumen utang secara hati-hati serta prudent, efisien, dan akuntabel," kata Sri Mulyani dalam webinar di Jakarta, Kamis (23/7/2020).

Kata dia, seiring kenaikan tersebut, rasio utang pemerintah terhadap PDB pun membengkak menjadi 32,67% dibandingkan akhir 2019 sebesar 29,8%. Rasio utang ini juga diprediksi akan terus meningkat hingga 2021.

"Komposisi utang pemerintah masih didominasi dalam bentuk SBN yakni 83,9% atau Rp4.472,22 triliun. Sementara itu, porsi pinjaman 16,1% atau Rp791,85 triliun," jelasnya.

Sri Mulyani menjelaskan, kondisi pasar Surat Berharga Negara (SBN) RI sudah makin membaik saat ini. Hal tersebut terlihat dari kinerja lelang dan imbal hasil alias yield SBN. "Kami berharap konfiden serta kepercayaan kepada RI akan terus menguat," kata Sri Mulyani.

Dari kinerja lelang, Sri Mulyani menjelaskan, makin membaiknya kondisi pasar SBN Indonesia terlihat dari jumlah penawaran yang masuk alias incoming bids. Hingga semester II 2020, total incoming bids SBN tercatat mencapai Rp1.423 triliun.

Apalagi, partisipasi Bank Indonesia yang ikut turun ke lelang SBN di pasar primer menurut dia memberi kepercayaan pasar yang luar biasa. "Kerja sama pemerintah dengan BI untuk terus jaga ekonomi yang tertekan dinilai sangat penting," imbuhnya.

Selain itu, perbaikan kondisi pasar SBN disebutkan Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga tercermin dari penurunan imbal hasil alias yield SBN. Adapun, yield SBN 10 tahun RI turun dari kisaran 8,2% pada 2019 menjadi 7% pada pertengahan Juli 2020.

Maka dari itu, ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus berusaha memulihkan ekonomi dari dampak negatif pandemi. "Sehingga kepercayaan investor akan menguat dan ini akan muncul dalam bentuk penurunan yield yang diharapkan dapat terus berlanjut," tandasnya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: