Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tito Karnavian ke IPDN: Jangan Pakai Insting, Apalagi Mistis

Tito Karnavian ke IPDN: Jangan Pakai Insting, Apalagi Mistis Kredit Foto: Viva
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian memberi pesan kepada mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Saat nanti sudah kembali ke masyarakat dan menjadi pejabat pemerintah, alumni IPDN diminta untuk membuat keputusan yang benar dan tidak berdasarkan pada hal-hal yang berbau mistis. Hal itu dikatakan Tito, dalam pengarahan Wisuda IPDN Tahun 2020, Selasa, 28 Juli 2020.

"Kita tidak ingin birokrat membuat keputusan berdasarkan insting, apalagi mistis," kata Tito.

Baca Juga: Tito Karnavian: Kantor Pemerintahan Jadi Klaster Baru Corona

Menurut Tito, birokrat yang membuat keputusan tanpa didasari teori lebih mirip seperti penjudi karena setiap keputusan harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yang terukur dan ilmiah. Ia juga mengutip kalimat dari seorang ilmuan bernama Joseph Stiglitz.

"Berteori saja tanpa ditindaklanjuti dengan membuat kebijakan, itu adalah untuk para akademik. Membuat kebijakan tanpa didasari teori, untung-untungan, for gamblers," ujar Tito.

Mantan Kapolri ini berharap kebijakan yang dibuat adalah dihasilkan melalui serangkaian penelitian dan pola pikir ilmiah. Bahkan, Tito juga menilai birokrat harus menjadi seorang ilmuan atau scientist. Tidak membuat kebijakan layaknya berjudi, untung-untungan.

"Oleh karena itulah, para pembuat kebijakan, birokrat, harus membuat kebijakan berdasarkan data-data scientific, berdasarkan teori. Sehingga tidak untung-untungan, membuat kebijakan yang kuat berdasarkan penelitian sebelumnya," ujar Tito.

Tito menjelaskan, setiap birokrat harus memiliki sejumlah faktor untuk bisa membuat kebijakan yang tepat sasaran dan ilmiah. Birokrat harus memiliki gagasan dan konsep yang diyakininya walau dalam pelaksanaan pemerintahan akan ada pembantu-pembantunya yang turut dalam memberi masukan.

"Power atau kewenangan, dan memiliki pengikut atau staf nantinya, itu saja tidak cukup. Tapi juga harus memiliki konsep, dan konsep hanya bisa didapatkan dengan melalui knowledge atau pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui jalur formal atau informal, apalagi didasari dengan keilmuan yang kuat," katanya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: