Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Indonesia Akan Mirip China, Jokowi: Patut Disyukuri, Tapi

Ekonomi Indonesia Akan Mirip China, Jokowi: Patut Disyukuri, Tapi Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A

Para menteri juga harus memastikan prioritas 2021 dan pelebaran defisit APBN 2021 difokuskan untuk percepatan pemulihan ekonomi dan penguatan transformasi di berbagai sektor. Sektor-sektor itu terutama reformasi di bidang kesehatan, reformasi pangan, energi, pendidikan, dan juga percepatan transformasi digital.

Jokowi mengatakan belanja pemerintah menjadi instrumen yang dapat dijadikan daya ungkit untuk memulihkan ekonomi di saat krisis. Ia menyebut sektor swasta dan UMKM dapat dipulihkan kembali dengan stimulus.

"Mesin penggerak ekonomi ini harus diungkit dari APBN kita yang terarah dan tepat sasaran," katanya.

Baca Juga: Istana Jawab Kritik Pemuja Jokowi yang Sekarang Sudah Sadar

Pada tahun depan, pemerintah memutuskan untuk memperlebar defisit dalam RAPBN menjadi 5,2 persen dari PDB. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengakui angka ini membengkak lebih tinggi dari desain awal yang disepakati dengan DPR yaitu 3,21-4,17 persen terhadap PDB.

Sri Mulyani menilai dengan defisit yang melebar, pemerintah memiliki cadangan belanja sebesar Rp179 triliun yang akan diproritaskan pada lima program pemulihan ekonomi nasional.

Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, mengingatkan pemerintah agar tidak terlalu percaya diri soal pemulihan ekonomi. Soalnya, ancaman resesi semakin nyata. Sulit untuk dihindari. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II minus 4 persen.

Sementara kuartal III diperkirakan tumbuh minus 1,4-1,7 persen. Menurut Tauhid, Indonesia sebenarnya punya peluang untuk bangkit di kuartal ketiga. Sayangnya, realisasi penyerapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang anggarannya mencapai Rp695,2 triliun belum maksimal.

Serapan anggaran di awal kuartal III masih di bawah 30 persen. Melihat kondisi ini, ancaman resesi menjadi makin nyata. Menurutnya, penyerapan PEN untuk mendongkrak ekonomi ini seharusnya dikejar pada kuartal II. Saat ini, pemerintah sudah kehilangan momentum dalam mengejar penyerapan PEN yang mengakibatkan ancaman resesi semakin nyata.

Tauhid mengingatkan pemerintah agar komprehensif dalam memulihkan perekonomian. Pemerintah jangan hanya fokus memperbaiki sisi pasokan. Tapi juga sisi permintaan atau demand. Kalau yang diperbaiki hanya sisi pasokan percuma saja. Saat ini masalah utama adalah menurunnya daya beli.

"Karena itu perbaiki dulu daya beli masyarakat," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: