Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amerika Tuduh TikTok Curi Data, Benar Tidak Ya?

Amerika Tuduh TikTok Curi Data, Benar Tidak Ya? Kredit Foto: Reuters/Andrew Kelly
Warta Ekonomi, Bogor -

Pemerintah Amerika Serikat (AS) curiga kalau TikTok mengirim data pengguna AS secara diam-diam. Apakah kecurigaan itu benar?

Hasil analisis badan intelijen Amerika Serikat, CIA menyimpulkan bahwa tidak ada bukti TikTok berikan data pengguna ke pemerintah Tiongkok. Begitu pula, badan intelijen Tiongkok tidak ada bukti pernah mengakses data pengguna TikTok, demikian laporan New York Times, seperti dikutipĀ  dari Forbes.

Laporan dari CIA ini muncul setelah pemerintah AS membuat langkah untuk melarang aplikasi asal Tiongkok karena masalah keamanan nasional dan privasi.

Baca Juga: Trump Dorong Microsoft Beli TikTok, Bill Gates: Itu Langkah Aneh

Baca Juga: Amerika Serius 'Usir' Perusahaan Teknologi China dari Negaranya

Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump memang tidak menuduh Tiongkok mengambil data pengguna warga Amerika, tetapi malah memperingatkan bahwa Beijing berpotensi melacak karyawan federal, pemerasan, dan melakukan spionase pada perusahaan yang diinginkan.

Salah seorang Senator AS, Mark Warner (DV.A.) mengatakan pada Jumat, 7 Agustus 2020 bahwa TikTok hanyalah masalah, tetapi bukan ancaman yang mendesak seperti Huawei, perusahaan Tiongkok yang membuat peralatan telekomunikasi jaringan 5G.

Menurut Warner, Huawei justru yang lebih diperhatikan karena membangun jaringan 5G yang ada di banyak sektor industri AS, seperti tempat pabrik, jalur pasokan gas, pertanian, dan mobil otonom.

Trump sebelumnya telah menandatangani perintah eksekutif yang melarang TikTok dan WeChat, kecuali dijual ke perusahaan AS.

Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya lebih luas dari Gedung Putih untuk 'Jaringan Bersih' yang berusaha membersihkan perusahaan Tiongkok dari internet dan infrastruktur telekomunikasi di Negeri Paman Sam.

Langkah Trump dan inisiatif 'Jaringan Bersih' didasarkan pada keyakinan bahwa AS dapat mengontrol lingkungan internetnya dan menjauhkannya dari tangan Tiongkok, smartphone dan kabel serat optik yang membawa data melintasi wilayah Pasifik.

Akan tetapi, kelompok hak asasi manusia (HAM) dan beberapa media berita telah menemukan bukti bahwa Tiongkok menggunakan teknologi untuk mengawasi Muslim Uighur serta menyensor internet.

Hal ini tentu menambah kekhawatiran AS tentang potensi penyalahgunaan data oleh Tiongkok.

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: