Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: CNPC, Pewaris Kilang Minyak Raksasa

Kisah Perusahaan Raksasa: CNPC, Pewaris Kilang Minyak Raksasa Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

China National Petroleum Corporation --selanjutnya CNPC-- dikenal sebagai produsen dan pemasok minyak dan gas terbesar di China. CNPC kini menjadi salah satu pemilik ladang minyak utama dunia dan kontraktor terkenal secara global dalam konstruksi teknik.

Bisnis-bisnis CNPC mencakup eksplorasi & produksi minyak bumi, gas alam & jaringan pipa, penyulingan & pemasaran, layanan ladang minyak, konstruksi teknik, manufaktur peralatan minyak bumi dan pengembangan energi baru, serta layanan manajemen modal, keuangan dan asuransi.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Royal Dutch Shell, Kilang Cuan Eropa

CNPC merupakan perusahaan induk milik negara dari produsen minyak terbesar kedua di China, PetroChina, seperti dalam laporan Fortune pada Global 500. CNPC biasa mengeksplorasi, memurnikan, dan menjual minyak mentah dan gas alam, selain peralatan manufaktur dan menawarkan layanan ladang minyak.

Hal itu ditambah dengan diversifikasi internasional dalam beberapa tahun terakhir, telah mendorong perusahaan raksasa itu naik ke peringkat No. 4 di antara perusahaan besar di seluruh dunia --posisi yang telah dipegangnya selama tiga tahun.

Perseroan milik China itu memiliki pendapatan (revenues) sebesar 392,9 miliar dolar AS, dengan keuntungan (profit) 2,27 triliun dolar AS. Total aset yang dimiliki CNPC sebesar 601,8 miliar dollar AS. Total pegawainya saat ini sebanyak 1.382.401 orang, cukup fantastis bukan?!

Bagaimana perusahaan berkator pusat di Beijing itu memperoleh kesuksesan besar dalam bidang minyak dan gas dan menjadi salah satu perusahaan raksasa di dunia? Berikut ulasan Warta Ekonomi dikutip dan diolah dari berbagai sumber, Senin (10/8/2020).

Asal-usul terbentuknya CNPC bisa ditelusuri kembali pada masa awal kekuasaan komunis di China. Pada 27 Maret 1950, China dan pemerintah Uni Soviet menyetujui kesepakatan untuk bersama-sama mendirikan Sino-Russian Petroleum Co. Ltd. Tujuannya tidak lain adalah mengembangkan tambang minyak Dushanzi di Xinjiang.

Pada 23 April 1950, pemerintah China membentuk Biro Umum Administrasi Perminyakan sebelum dibentuknya Kementerian Industri Perminyakan --selanjutnya MOPI--. Tugasnya yaitu mengawasi produksi dan konstruksi di industri perminyakan negara tersebut. Lalu, MOPI baru dibentuk lima tahun setelahnya (Juli 1955), yang kemudian menjadi cikal-bakal perusahaan CNPC.

Dengan alasan reorganisasi sektor minyak bumi, batu bara, dan kimia, pemerintah China membentuk Kementerian Industri Bahan Bakar dan Kimia pada 22 Juni 1970. Itu artinya, Kementerian Industri Perminyakan dihapuskan. Pada bulan Agustus tahun yang sama, konstruksi pipa jarak jauh pertama di China dimulai, yang membentang dari Daqing ke Fushun.

Kementerian Industri Bahan Bakar dan Kimia diganti dengan Kementerian Industri Perminyakan dan Kimia pada Januari 1975. Pada bulan Juni itu, pembangunan Pipa Minyak Qinhuangdao ke Beijing. Segera China akan menjadi produsen utama dunia.

2019-08-08T034306Z_1362292888_RC12ED1C5B50_RTRMADP_2_CHINA-OIL.JPG?itok=lZ6BOYLV

Pada bulan Maret 1978, MOPI dipulihkan, menggantikan Kementerian Perminyakan dan Industri Kimia yang baru berusia tiga tahun. Pada akhir tahun, negara tersebut menghasilkan 100 juta ton minyak per tahun.

Sebelum 1983, menurut Haijiang Henry Wang, industri perminyakan China sedang kacau balau. Kepemilikannya sangat terfragmentasi, terbagi di antara berbagai perusahaan dan badan pemerintah.

Untuk mengkonsolidasikan industri, dua perusahaan baru didirikan pada 1982 dan 1983 --Perusahaan Minyak Lepas Pantai Nasional China (CNOOC) dan Perusahaan Petrokimia Nasional China (Sinopec).

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: