Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masuk Resesi atau Tidak, Semua Tergantung Penanganan Covid-19

Masuk Resesi atau Tidak, Semua Tergantung Penanganan Covid-19 Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Arianto Patunru, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal II minus-5,32% patut diwaspadai. Menurutnya, Indonesia terbilang lebih beruntung.

Paling tidak, sampai saat ini ekonomi belum mengalami resesi. Namun, kondisinya sudah sangat riskan menuju jurang resesi.

Baca Juga: RI Gak Akan Resesi karena Sudah Mencuri, Ekonom yang Bilang

"Pertumbuhan kita yang -5,32% ini adalah yang terparah sejak krisis keuangan Asia 1997-1998. Semua pihak perlu berhati-hati pada kemungkinan depresi. Depresi terakhir terjadi tahun 1930-an yang dikenal sebagai Great Depression. Ini adalah akumulasi dari resesi berkepanjangan yang terjadi bukan hanya dua kuartal, tapi bertahun-tahun," kata Arianto di Jakarta, Sabtu (8/8/2020).

Ia menilai, Indonesia perlu upaya ekstra keras mengembalikan pertumbuhan ekonomi positif di kuartal ketiga tahun jika ingin menghindari resesi. Namun, lanjut dia, upaya pemulihan perekonomian hanya bisa dilakukan jika ada upaya serius untuk menahan laju penyebaran Covid-19.

Hal ini sangat penting dilakukan karena krisis ekonomi kali ini diawali dengan pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia. Berbeda dengan krisis keuangan yang terjadi sebelumnya (krisis keuangan Asia 1997-1998 dan krisis keuangan global 2008), krisis keuangan kali ini diawali dengan krisis kesehatan.

Yang efeknya bukan hanya melemahkan permintaan (demand), melainkan juga penawaran (supply) yang pada akhirnya berlanjut menjadi krisis ekonomi. "Krisis Covid-19 memengaruhi permintaan dan penawaran," tegasnya.

Krisis keuangan sebelumnya, kata Arianto, lebih banyak berdampak pada permintaan karena penurunan pendapatan sehingga pemerintah memberikan bantuan berupa stimulus. Melihat goncangan yang berbarengan di penawaran dan permintaan, mungkin inflasi kali ini tidak akan setinggi krisis sebelumnya.

Akan tetapi, tetap ada kemungkinan barang-barang tertentu, karena langka, akan mengalami kenaikan harga karena ada penimbunan dan tidak meratanya akses. "Harus tetap waspada terutama distribusi bahan esensial seperti pangan tetap terjaga. Stimulus dari pemerintah lewat bantuan sosial bertujuan untuk menjaga daya beli untuk konsumsi pokok masyarakat. Ke depannya untuk stimulus usaha," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: