Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Alasan Logis Kita Harus Tinggalkan BBM Premium

Ini Alasan Logis Kita Harus Tinggalkan BBM Premium Kredit Foto: Antara/Arif Firmansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI dapat menjadi momentum untuk beralih dari BBM RON rendah ke RON tinggi. Hal itu diungkapkan Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi.

"Ini momentum tepat untuk memerdekakan diri dari BBM RON rendah. Karena selama ini Premium menjadi beban bagi BUMN," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (11/8).

Menurut dia, harga Premium ditentukan oleh pemerintah, bahkan ketika harga minyak dunia sedang tinggi, Pertamina tidak bisa turut menaikkan harga, termasuk saat pemilu tahun lalu, ketika harga harga minyak dunia sedang tinggi-tingginya.

"Dengan demikian, harga yang dijual jauh di bawah harga keekonomian. Pertamina harus menanggung selisih harga tadi," katanya.

Biaya pengadaan BBM RON rendah sendiri, menurut Fahmy, juga tergolong mahal, sebab BBM jenis itu tidak tersedia di pasar internasional saat ini, selain Indonesia, sehingga tidak ada negara yang menggunakan BBM RON rendah, kecuali Vietnam dan Kamboja.

Bahan baku Premium, jelasnya, berasal dari hasil blending antara BBM RON tinggi, dalam hal ini RON 92. Proses blending untuk menghasilkan BBM RON di bawah 90 tersebut, jelasnya, terjadi Singapura dan Malaysia.

"Makanya, ketika kita impor Premium juga sudah mahal. Dan ketika pemerintah menahan agar harga jual Pertamina tidak dinaikkan, maka beban itu semakin berat," jelasnya.

Menurut dia, tidak tersedianya Premium di pasar internasional juga membuat pengadaan Premium rawan dimanfaatkan pemburu rente. Berdasarkan temuan Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Nasional, lanjutnya, blending tersebut membuat Premium tidak memiliki patokan harga.

"Makanya, ketika itu kami merekomendasikan kepada Presiden agar BBM RON 88 dihapus. Tetapi sudah sekitar lima tahun, belum dihapus juga," kata Fahmy yang juga mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Nasional.

"Jadi, memang sudah waktunya kita beralih dari BBM RON rendah menuju BBM berkualitas," katanya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: