Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gawat, Taiwan Mulai Lobi-Lobi AS Soal Pembelian Rudal Jelajah

Gawat, Taiwan Mulai Lobi-Lobi AS Soal Pembelian Rudal Jelajah Kredit Foto: New China
Warta Ekonomi, Washington -

Taiwan tengah berdiskusi dengan Amerika Serikat (AS) tentang kemungkinan memiliki rudal jelajah untuk pertahanan. Mereka juga berniat untuk memperoleh ranjau laut bahwa air guna mencegah pendaratan amfibi.

Hal itu diungkapkan duta besar de facto Taiwan untuk AS, Hsiao Bi-khim, kepada lembaga think tank Institut Hudson Washington.

Baca Juga: Kehadiran Tokoh AS di Taiwan Benar-benar Bikin China Meradang

Hsiao mengatakan Taiwan menghadapi masalah kelangsungan hidup yang eksistensial, mengingat klaim teritorial dan kedaulatan China atas pulau itu dan perlu memperluas kemampuan asimetrisnya.

"Apa yang kami maksud dengan kemampuan asimetris adalah hemat biaya, tetapi cukup mematikan untuk menjadi pencegahan --untuk membuat pertimbangan invasi sangat menyakitkan," terangnya seperti dikutip dari US News, Kamis (13/8/2020).

Hsiao mengatakan Taipei saat ini sedang bekerja dengan AS untuk memperoleh sejumlah kemampuan perangkat keras, termasuk rudal jelajah yang akan bekerja bersama dengan sistem rudal asli Taiwan, Hi Feng untuk memberikan pertahanan pesisir yang lebih baik.

"Sistem senjata lain yang sedang dibahas termasuk ranjau laut bawah air dan kemampuan lain untuk mencegah pendaratan amfibi, atau serangan langsung," katanya.

Sebelumnya, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan bahwa ia telah menjadikan perluasan percepatan pengembangan kemampuan pertahanan asimetris Taiwan sebagai prioritas nomor satu.

Hsiao mengatakan Taiwan juga ingin memperkuat pertahanan di pulau-pulau yang dikontrolnya di Laut China Selatan, yang diklaim oleh Beijing hampir secara keseluruhan.

"Untuk Taiwan, prioritas kami dalam kelangsungan hidup kami melibatkan pembangunan pertahanan Taiwan sendiri, tetapi juga pulau-pulau yang saat ini dikendalikan Taiwan di Laut China Selatan," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: