Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sempat Oleng Karena Harga Minyak Minus, Wintermar Kembali Optimis

Sempat Oleng Karena Harga Minyak Minus, Wintermar Kembali Optimis Kredit Foto: Andi Aliev
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jatuhnya harga minyak di akhir Maret dikarenakan gagalnya kesepakatan OPEC+ dan jatuhnya permintaan minyak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh pemberlakuan penutupan wilayah secara global untuk menahan penyebaran pandemi COVID-19.

Setelah penurunan tajam pada April 2020, harga minyak telah mulai stabil di sekitar US$40 per barel sebagaimana aktivitas ekonomi berangsur pulih di seluruh dunia.

Prospek energi jangka pendek EIA untuk Juli 2020 memprediksi bahwa permintaan akan lebih meningkat dibandingkan penawaran. Apabila harga minyak mulai meningkat kembali, maka terdapat proyek-proyek minyak dan gas bumi hingga senilai US$35 miliar di Asia yang tampaknya akan dimulai di tahuntahun yang akan datang.

Selama penurunan, Direktur Keuangan PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), Janto Lili menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil oleh manajemen di beberapa bulan ke belakang adalah untuk menekan biaya dan menjaga kas untuk menanggulangi dampak dari COVID-19.

Baca Juga: Ini Kontribusi Minyak Sawit Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19

"Walaupun terdapat penurunan tajam pada harga minyak dan pembatalan beberapa kontrak, Perusahaan telah dapat memenangkan kontrak-kontrak jangka pendek dan tetap berpartisipasi dalam tender untuk kontrak-kontrak yang jangka waktunya lebih panjang. Dengan hal ini Perusahaan telah menjaga arus kas yang positif."katanya.

Lebih lanjut dirinya menyampaikan bahwa, armada Wintermar membantu melayani industri hulu minyak dan gas bumi. Di Asia Tenggara, Wintermar saat ini berada di peringkat ke-7 dilihat dari jumlah kapal dan telah membangun reputasi yang kuat sebagai perusahaan yang berkualitas tinggi yang beroperasi internasional.

Menurutnyam hingga akhir Juli 2020, kontrak yang dimiliki Perusahaan adalah sebesar US$72 juta, sekitar US$13 juta yang dapat diamortisasi dalam enam bulan ke depan. "Kita proyek baru kita ikuti tapi dengan kondisi Covid ada yang ditunda proyek, tapi jangka pendek dalam 2 bulan terakhir kita ambil, total sekitar USS$17 juta di semester kedua," terangnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: