Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peran Sawit: Menyehatkan Neraca Perdagangan!

Peran Sawit: Menyehatkan Neraca Perdagangan! Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Popularitas kelapa sawit sebagai komoditas andalan ekspor Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Meskipun dalam perjalanannya masih diiringi pihak yang kontra, tetapi kedudukannya tidak akan dapat tergantikan.

Di tengah pandemi Covid-19 yang menginfeksi dunia termasuk Indonesia, industri kelapa sawit masih mampu menyumbang devisa sebesar US$10,06 miliar pada semester I-2020. Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu, ekspor kelapa sawit dan produk turunannya menyumbang devisa sebesar US$9,46 miliar. Nilai ekspor pada tahun ini menguat 6,3 persen atau meningkat sebesar US$0,6 miliar.

Tidak hanya itu, devisa ekspor minyak sawit dan produk turunannya berkontribusi menciptakan surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$5,5 miliar pada periode yang sama. Di antara sektor ekspor nasional, industri perkebunan kelapa sawit berhasil menempatkan diri sebagai penyumpang devisa terbesar dibandingkan sektor industri lainnya.

Baca Juga: Perubahan Iklim Krusial, Kelapa Sawit Cukup Optimal

Baca Juga: Pelan Tapi Pasti, B40 Sudah Menanti

Pada semester I-2020, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar US$3,5 miliar, sedangkan neraca non-migas (termasuk neraca perdagangan minyak sawit dan produk turunannya) mengalami surplus sebesar US$9,05 miliar.

Dalam laporan Palm Oil Indonesia disebutkan, "seandainya devisa dari industri sawit tidak kita perhitungkan, maka neraca nonmigas berubah menjadi defisit sebesar US$1 miliar dan membuat defisit neraca total perdagangan semakin besar sebesar US$ 4,5 miliar. Hal ini semakin menunjukkan bahwa pencapaian surplus perdagangan migas dan nonmigas pada semester I-2020 yang notebene di tengah masa pandemi Covid-19, tak terlepas dari kontribusi devisa sawit."

Tanpa kelapa sawit, neraca perdagangan non-migas selalu mengalami beban defisit yang cukup besar, bahkan pernah mencapai US$17,5 miliar pada 2012. Hal ini semakin membuktikan bahwa tanpa kelapa sawit, neraca perdagangan Indonesia akan lemah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: