Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Public Expose 2020: Menavigasi Perseroan Melalui Masa Pandemi

Public Expose 2020: Menavigasi Perseroan Melalui Masa Pandemi Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bank Central Asia Tbk melakukan paparan kinerja semester I tahun 2020 pada acara Public Expose Live 2020 yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia.

Perseroan melaporkan kinerja keuangan yang cukup solid untuk periode semester I 2020 di tengah pandemi Covid-19. Laba sebelum provisi dan pajak bertumbuh positif, ditopang oleh penurunan biaya dana (CoF) dan perlambatan pertumbuhan beban operasional. Laba bersih pada semester pertama 2020 tercatat sebesar Rp12,2 triliun, turun 4,8% dibandingkan Rp12,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Bangkitkan UMKM, BCA Salurkan KUR di Desa Wisata Kertalangu

Adapun kredit tumbuh sebesar 5,3% YoY menjadi Rp595,1 triliun pada Juni 2020 ditopang oleh pertumbuhan kredit korporasi. BCA membukukan kredit korporasi sebesar Rp257,9 triliun, meningkat 17,7% YoY, sedangkan kredit komersial dan UKM turun 0,9% YoY menjadi Rp184,6 triliun.

Pada portofolio kredit konsumer, KPR tumbuh flat 0,3% YoY menjadi Rp91,0 triliun dan KKB turun 11,9% YoY menjadi Rp42,5 triliun. Saldo outstanding kartu kredit turun 18,6% YoY menjadi Rp10,6 triliun akibat penurunan konsumsi domestik. Total portofolio kredit konsumer turun 5,1% YoY menjadi Rp146,9 triliun.

"Pandemi berdampak pada perlambatan berbagai aktivitas bisnis di beragam industri sehingga mengakibatkan lebih rendahnya permintaan kredit khususnya pada bulan Maret hingga Juni 2020," terang BCA dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (28/8/2020).

Ke depan, BCA fokus mendukung nasabah untuk menghadapi kondisi perlambatan bisnis dengan memberikan restrukturisasi kredit secara selektif pada berbagai segmen. Selama bulan Maret sampai dengan pertengahan Agustus 2020, BCA memproses pengajuan restrukturisasi kredit sebesar Rp117 triliun atau sekitar 20% dari total portofolio kredit yang berasal dari kurang lebih 124.000 nasabah.

"Per tanggal 30 Juni 2020, total kredit yang telah selesai direstrukturisasi tercatat sebesar Rp69,3 triliun atau 12% dari total portofolio kredit. Perseroan melihat adanya kemungkinan peningkatan kredit yang direstrukturisasi hingga 20-30% dari total portofolio kredit yang berasal dari sekitar 150.000 nasabah," terang BCA.

Di tengah berbagai tantangan yang sedang dihadapi, BCA tetap mampu menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) pada tingkat toleransi risiko yang masih dapat diterima sebesar 2,1%, dibandingkan 1,4% pada Juni 2019.

Kemudian, posisi permodalan dan likuiditas perseroan berada pada tingkat yang sehat untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan yang tidak terduga dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 22,9% dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) sebesar 73,3%.

BCA berhasil mencatat pertumbuhan dana pihak sebesar 13,0% YoY menjadi Rp761,6 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh 12,8% YoY, mencapai Rp576,0 triliun dan berkontribusi sebesar 75,6% dari total dana pihak ketiga. Sementara itu, deposito berjangka tumbuh 13,6% YoY mencapai Rp185,6 triliun.

BCA terus berinvestasi pada platform layanan transaksi perbankan, khususnya pada digital channels. Jumlah rekening tumbuh 11,9% YoY mencapai 22,5 juta rekening hingga Juni 2020 didukung oleh layanan pembukaan rekening online.

Pada semester pertama 2020, perseroan berhasil menurunkan biaya dana pihak ketiga sehingga membantu meringankan tekanan pada pendapatan bunga gross yang diakibatkan oleh peningkatan restrukturisasi kredit. Pendapatan bunga bersih naik 10,6% YoY menjadi Rp27,2 triliun.

"Pencapaian ini mendukung perseroan untuk membukukan total pendapatan operasional sebesar Rp37,8 triliun, tumbuh 10,3% YoY," tambah BCA.

Di lain sisi, beban operasional tumbuh lebih rendah, sebesar 3,8% YoY menjadi Rp16,2 triliun. Dengan demikian, laba sebelum provisi dan pajak BCA mencapai Rp21,5 triliun, tumbuh 15,8% YoY, di mana pertumbuhan yang baik tersebut telah memberikan ruang untuk mengantisipasi kenaikan biaya pencadangan kredit. Adapun biaya pencadangan penurunan nilai aset adalah sebesar Rp6,5 triliun pada semester pertama tahun 2020, sejalan dengan peningkatan risiko potensi penurunan kualitas kredit.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: