Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Glencore, Tambang dengan Cuan $215 Juta

Kisah Perusahaan Raksasa: Glencore, Tambang dengan Cuan $215 Juta Kredit Foto: Reuters/Arnd Wiegmann
Warta Ekonomi, Jakarta -

Banyak orang menyebut pandemi virus Covid-19 sebagai peristiwa "black swan event" atau peristiwa yang datang tiba-tiba. Pada gilirannya, dunia sangat tidak siap dengan dampak ekstrem yang ditimbulkan olehnya.

Akhirnya, penurunan ekonomi global menjadi petunjuk tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, terutama pada berbagai sektor industri. Salah satunya pertambangan. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: McKesson, Suplier Obat Terbesar

?m=02&d=20200731&t=2&i=1527858071&r=LYNXNPEG6U0GF&w=1280

Industri pertambangan terjebak dalam gejolak. Krisis yang disebabkan Covid-19 terhadap industri pertambangan sejalan dengan keruntuhan ekonomi dunia. 

Melemahnya industri pertambangan umumnya disebabkan oleh penurunan permintaan. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, aktivitas tambang-menambang secara umum ikut tersendat. Ujungnya sudah jelas, permintaan produk tambang turun sehingga menyebabkan jatuhnya harga.

Akan tetapi untuk pertama kalinya, penurunan permintaan disertai dengan pergolakan di sisi penawaran yang signifikan. Dalam laporan The Conversation, tambang tetap dibuka di beberapa negara. Tetapi seperti di Peru, operasi penambangan sangat dibatasi sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mengendalikan pandemi. Meski demikian, di lokasi tambang tertentu, virus Corona telah menyebabkan operasi tersebut ditutup.

Untungnya, pandemi Covid-19 sama sekali tidak memengaruhi raksasa pertambangan dunia, Glencore, untuk tetap beroperasi. Raksasa ini merupakan perusahaan pertambangan terbesar yang memproduksi logam, mineral, dan energi, serta pertanian. Glencor berasal dari Inggris dan bermarkas di Baar, Swiss.

Raksasa pertambangan yang bermarkas di Swiss itu mengalami tahun yang cukup menantang pada 2019, atau sebelum pandemi Covid-19 melanda. Perusahaan itu pada 2020 turun satu peringkat ke posisi 17 karena membukukan kerugian 404 juta dolar AS, menurut laporan Global 500 versi Fortune.

Hal itu disebabkan karena melemahnya harga komoditas, terutama untuk batu bara. Perusahaan juga mengalami penurunan nilai sebesar 2,8 miliar dolar AS pada 2020, sebagian terkait dengan operasi penambangan tembaga di Republik Demokratik Kongo (RDK) dan Zambia.

Sementara itu, Glencore terus dirundung oleh penyelidikan oleh regulator Amerika Serikat dan Inggris terhadap tuduhan penyuapan dan korupsi pada tahun yang sama. Namun sayangnya, semua tuduhan tersebut dibantah oleh perusahaan.

Pada Januari 2020, Glencore dituding bekerja sama dengan kelompok kriminal oleh otoritas Swiss dalam operasinya di RDK. Terlepas dari proses hukum yang sedang berlangsung, saham perusahaan pertambangan tersebut melambung pada kuartal II, sejalan dengan lonjakan harga tembaga.

Meski demikian, akibat mendapat laba minus 111,9 persen, raksasa Glencore hanya mampu mencatatkan pendapatan tahunan sebesar 215,1 juta dolar AS. Untuk nilai perusahaan di pasar mencapai 30,4 juta dolar AS.

Seperti apa perjalanan panjang perusahaan raksasa pertambangan dunia, jika dilihat dari pendapatan tahunannya? Kali ini, Senin (31/8/2020), Warta Ekonomi berkesempatan mengulas kisah Glencore. Dikutip dan diolah dari berbagai sumber, kami sajikan perjalanan raksasa tambang itu ke dalam artikel sebagai berikut. 

doc76rr5jy5n3mrpypk8nz.jpg

Semua bermula pada dekade 1970-an. Tepatnya ketika Marc Rich & Co. AG didirikan oleh Marc Rich pada 1974. Pria kelahiran Belgia itu pada masanya merupakan seorang miliarder komoditas perdagangan, khususnya tambang dan mineral. Kekayaannya didapat saat dia menghindari embargo minyak Arab untuk membeli minyak dari Iran dan Irak seharga 12 dolar AS per barel, pada tahun yang sama. Dari hasil penjualan itu Rich mendapat keuntungan besar yang didapat dari perusahaan-perusahaan AS.

Setelah mendapat untung fantastis, perusahaan bentukan Rich berfokus pada pemasaran dan penjualan logam besi dan non-besi serta mineral dan minyak mentah. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: