Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bangun Pangkalan Perawatan F-16, Amarah China ke AS Pecah

Bangun Pangkalan Perawatan F-16, Amarah China ke AS Pecah Kredit Foto: Sindonews
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hubungan China-Taiwan semakin tegang. Ketegangan bertambah saat Amerika Serikat (AS)-Taiwan meluncurkan pusat perawatan jet tempur F-16 sebagai upaya membendung serangan Beijing dikemudian hari.

Peluncuran pusat perawatan ini merupakan wujud kerjasama pertahanan antara Taipei-Washington dan tentunya membuat kerja sama keamanan kedua negara lebih terbuka.

Baca Juga: Taiwan Klaim Militer China Jelas Kuat, tapi Belum...

Hal ini tentunya menjadi kabar buruk bagi Beijing.

Dikutip dari Taiwan News, Selasa (1/9/2020) perusahaan Pengembangan Industri Dirgantara Taiwan (AIDC) dan Lockheed Martin sepakat menempatkan pusat perawatan F-16 di Shalu, Taiwan tengah yang resmi dibuka pada hari Jumat (28/8/2020) lalu.

Pembukaan ini fasilitas perawatan ini menjadi pusat layanan F-16 pertama di wilayah Indo-Pasifik.

Lebih penting lagi, kata pengamat, itu mewakili keinginan AS yang tumbuh untuk menormalisasi hubungan militer dengan Taiwan ketika ketegangan meningkat dengan Beijing di berbagai lini, dari perdagangan hingga teknologi.

Washington, yang mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing pada 1979, pernah melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengecilkan pertukaran militernya dengan Taipei untuk menghindari kemarahan Beijing.

Beijing, yang menganggap Taiwan sebagai sebuah provinsi dalam asas One China, harus dikembalikan ke daratan secara paksa/perang jika perlu, telah menangguhkan pertukaran resmi dengan Taiwan, mengadakan latihan perang di dekat pulau itu dan memburu tujuh sekutu pulau itu sejak Tsai Ing-wen, dari Partai Progresif Demokratik yang condong ke arah kemerdekaan, terpilih sebagai presiden pada tahun 2016 dan menolak untuk menerima prinsip satu China.

Sebelum Presiden AS Donald Trump menjabat pada 2017, banyak pertukaran Washington dengan Taipei telah dilakukan di bawah meja karena kekhawatiran tentang tanggapan Beijing, kata sumber keamanan pada hari Jumat seperti dilansir South China Morning Post Ahad 30 Agustus 2020.

“Hal-hal seperti pembicaraan penjualan pra-senjata, termasuk penandatanganan letter of intent dan pertukaran pejabat militer, biasanya dilakukan secara diam-diam kecuali orang Amerika mengatakan 'ya' karena tindakan seperti ini dianggap sangat sensitif,” kata sumber itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: