Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Timbang-menimbang Untung-Rugi Perceraian Amien Rais & PAN

Timbang-menimbang Untung-Rugi Perceraian Amien Rais & PAN Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

"Saya sudah tidak di PAN sama sekali, saya sudah dikeluarkan oleh anak buah saya karena berbeda prinsip."

Begitu pengakuan sang pendiri partai berlambang matahari, Amien Rais, dalam video yang diunggah oleh Ustaz Tengku Zulkarnain. Perbedaan prinsip, klaim Amien, menjadi salah satu alasan ia dikeluarkan dari PAN.

Ia sesungguhnya berharap agar partainya menerima kekalahan pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019, dan menjadi oposisi bagi pemerintahan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin. Tetapi, PAN justru dilihatnya melakukan hal sebaliknya.

Baca Juga: Amien Rais Disebut Pengangguran Luntang-Lantung sama Anak Sendiri

Baca Juga: Anies Baswedan Gagal dan Kehabisan Akal

Kepengurusan Zulkifli Hasan bak mengemis posisi di Kabinet Indonesia Maju. "Misalkan nekat saja, itu kita hadapi dengan ksatria. Kemudian jangan merengek-rengek semua sowan ke istana, mengemis-ngemis, itu memalukan sekali," ujar Amien.

Kemudian muncul kabar Amien akan membentuk partai baru. Mantan Ketua DPP PAN, Agung Mozin, membenarkan hal tersebut. Mantan Ketua MPR itu akan mendeklarasikan partai baru pada Desember mendatang.

Namun, ia masih enggan menyebutkan nama partai baru tersebut. "Deklarasi di Jakarta insyaallah, nama partai belum. Paling lambat Desember sedang dipersiapkan oleh Pak Putra Jaya untuk administrasinya," ujar Agung.

Direktur Eksekutif Indobarometer, Muhammad Qodari menilai PAN dan Amien akan merugi jika berpisah. Pasalnya, Amien merupakan sosok yang belum tergantikan di partai yang lahir pada 23 Agustus 1998 itu.

Tapi, elektabilitas Amien juga dinilai tidak cukup untuk mendongkrak partai yang beberapa kali disebut PAN Reformasi. Itu terlihat dari perolehan suara Amien dalam Pilpres 1999 dan 2004.

"Popularitas Pak Amien Rais itu paling moncer itu pada tahun 99, itupun hanya dapat sekitar 7 persen. Tahun 2004, bahkan capres PAN dapet 6 persen," ujar Qodari kepada Republika.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: