Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permintaan Naik, Manufaktur Indonesia Mulai Menggeliat

Permintaan Naik, Manufaktur Indonesia Mulai Menggeliat Kredit Foto: Reuters/Rebecca Cook
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri manufaktur Tanah Air mulai bergeliat. Berdasarkan data IHS Markit, Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada Agustus berada di 50,8, lebih baik ketimbang bulan sebelumnya di posisi 46,9.

Sejatinya, indeks manufaktur di atas 50 menunjukkan manufaktur tengah ekspansif, sedangkan di bawah 50 menunjukkan manufaktur mengalami resesi.

Baca Juga: Rahmad Pribadi: PG Perkuat Industri Manufaktur Nasional

"Untuk pertama kalinya sejak bulan Februari, perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan perbaikan kondisi bisnis pada bulan Agustus dengan pertumbuhan output pada tingkat tercepat selama lebih dari enam tahun karena bisnis terus menyesuaikan diri dengan melonggarnya pembatasan Covid-19," kata Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw, pada Selasa (1/9/2020).

Bernard mengatakan, pendorong kenaikan angka PMI adalah pertumbuhan yang solid baik volume produksi maupun arus masuk pesanan baru pada bulan Agustus. Hal didorong pengoperasian bisnis terus membaik di tengah pelonggaran pembatasan Covid-19.

"Permintaan juga menunjukkan tanda-tanda kebangkitan kembali sehingga membantu mengurangi laju kehilangan pekerjaan. Kepercayaan bisnis meningkat sejak bulan Juli. Oleh karena itu, data terbaru mengisyaratkan bahwa ekonomi akan bangkit lebih kuat setelah jatuh pada triwulan kedua," ucapnya.

Namun demikian, beberapa indikator survei lain tampaknya belum menunjukkan peningkatan seperti penumpukan pekerjaan dan ketenagakerjaan yang terus memperingatkan tentang risiko penurunan prospek.

"Kekhawatirannya adalah bahwa pemulihan tersebut utamanya berasal dari permintaan yang tertahan oleh tindakan lockdown dan bisa goyah setelah kebangkitan awal. Oleh karena itu, permintaan harus terus membaik dalam beberapa bulan ke depan, tetapi hal yang ditakutkan adalah meningkatnya pengangguran dan kebutuhan berkelanjutan untuk mempertahankan social distancing dapat merusak pemulihan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: