Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Susah Jinakkan Bumi Minangkabau? Strategi Bu Mega Kurang Nendang

Susah Jinakkan Bumi Minangkabau? Strategi Bu Mega Kurang Nendang Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mempertanyakan mengapa rakyat Sumatera Barat belum suka PDIP. Pernyataan ini mencerminkan adanya perhatian PDIP khusus sekaligus menunjukkan adanya kesadaran untuk mengevaluasi kinerja di Bumi Minangkabau, di mana PDIP tidak pernah menang sepanjang sejarah pemilu.

"Munculnya kesadaran untuk mengevaluasi merupakan langkah maju. Namun, akan lebih baik, jika proses evaluasi dilakukan secara serius dan sistematis. Salah satunya memerlukan riset dan kajian secara holistik," ujar Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo dalam pernyataan tertulis yang diterima, Sabtu (5/9/2020).

Karyono mengungkapkan, sejumlah pertanyaan kerap muncul mengapa PDIP selalu kalah di Sumbar dalam setiap pemilu maupun pemilihan presiden (Pilpres), termasuk kekalahan di Pilpres 2019 lalu.

Baca Juga: Mbah Amien Minta Jokowi Segera Berhenti sebagai 'Kacung' Megawati

Baca Juga: Semua Beres Kalau Putri Semata Wayang Mega Minta Maaf

Padahal, pemerintahan Joko Widodo merasa telah memberi perhatian cukup dengan membangun sejumlah fasilitas di wilayah ini.

Menurut Karyono, fenomena ini mengafirmasi bahwa pendekatan kebijakan pembangunan fisik tidak cukup efektif "menjinakkan" masyarakat Sumbar.

"Mengapa ini terjadi? Mungkin faktor geanologi politik dan ideologi masih dominan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pilihan," ujar dia.

Dia mengungkapkan, geanologi politik masyarakat Sumbar saat ini belum lepas dari politik aliran di masa lalu. Dalam konteks ideologis, pengaruh Partai Masyumi masih sangat kuat hingga sekarang meskipun pasca-Pemilu 1955 dan sejak Masyumi dibubarkan ada pergeseran.

Nah, menurut Karyono, salah satu faktor lemahnya dukungan PDIP di Sumbar adalah kurang mencermati pergeseran politik yang terjadi. Dia mencontohkan PDIP tidak memiliki tokoh lokal berpengaruh yang dapat menarik pemilih. Padahal, hal ini dibutuhkan dalam marketing politik. Strategi endorsements tokoh berpengaruh sebagai pengepul suara atau vote getter. "Hal ini penting di tengah budaya patronase politik yang masih kuat."

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: