Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berkat PWMP, Petani Milenial Raih Omzet Rp3 Miliar dari Penggemukan Domba

Berkat PWMP, Petani Milenial Raih Omzet Rp3 Miliar dari Penggemukan Domba Kredit Foto: BPPSDMP
Warta Ekonomi, Jakarta -

Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) yang dimotori Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mampu menghadirkan generasi milenial bergerak di sektor penggemukan domba beromzet Rp3 miliar yang kini menjadi petani milenial.

PWMP adalah upaya Kementerian Pertanian untuk mendorong hadirnya generasi milenial di sektor pertanian. Generasi milenial diharapkan bisa menghadirkan inovasi, juga menjadi penggerak, pengagas, dan pencipta gagasan besar di berbagai dimensi ruang dan waktu kehidupan, tak terkecuali sektor pertanian. Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) berharap generasi milenial mampu melihat peluang.

Baca Juga: Pandemi, BPPSDMP Tetap Optimalkan Kualitas Pendidikan Vokasi

"Generasi milenial harus menghadapi tantangan zaman dengan mengambil peran penting dalam pembangunan pertanian hingga akhirnya berdampak pada kehidupan, masyarakat, dan serta kemajuan daerahnya," tutur Mentan SYL, Senin (14/9/2020).

Mentan SYL juga mengungkapkan bahwa PWMP menjadi program andalan Kementan dalam rangka regenerasi petani. Melalui program ini, jelas Mentan, diharapkan generasi milenial berani menjadi seorang petani atau mendirikan startup di bidang pertanian. Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, menambahkan bahwa penumbuhan wirausahawan muda pertanian menjadi salah satu upaya untuk menumbuhkembangkan minat generasi milenial akan dunia pertanian.

"Melalui PWMP, kita tumbuhkan minat berwirausaha, khususnya di kalangan pemuda, membuka kesempatan wirausaha seluas-luasnya, dan mempermudah akses mereka terhadap permodalan. Dalam pelaksanaannya, untuk menentukan penerima manfaat PWMP, Kementan bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Perguruan Tinggi Mitra yang salah satunya adalah Institut Pertanian Bogor (IPB)," jelas Dedi.

Harapan Kementan ini dijawab Richard Fahrur Rozi beserta kedua rekannya, Ahmad Rizal Fahmi dan Ardiansyah. Berawal dari menerima manfaat PWMP pada tahun 2017, ketiga milenial ini fokus untuk menggeluti usaha penggemukan domba bertajuk Kandangku. Penggemukan domba atau kambing  menjadi peluang usaha baru yang menjanjikan keuntungan menggiurkan. Hal ini terjadi karena penggemukan hewan ternak baik kambing, domba, atau sapi dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat. Inilah yang menjadi peluang bagi ketiga petani milenial ini untuk membuka usaha  peternakan domba yang berlokasi di lingkungan Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak.

Richard menjelaskan, bila dibandingkan dengan pembibitan dan pembesaran, penggemukan memang pilihan yang tepat, karena modal yang dikeluarkan relatif lebih kecil dan waktunya pun relatif lebih singkat. Penggemukan biasanya dilakukan selama 2–3 bulan saja, bahkan bila untuk kebutuhan akikah hanya membutuhkan waktu 1-3 minggu saja.

Berbeda dengan pembibitan. Untuk menghasilkan domba dengan harga jual yang pantas, setidaknya butuh waktu hampir 1 tahunan. "Hasilnya memang lebih banyak, tapi harus sedikit lebih sabar dan memiliki modal yang cukup besar," jelasnya.

Richard menceritakan, alur penggemukan dimulai dari penerimaan domba dari petani atau peternak, ia dan rekannya melakukan melakukan treatment penggemukan maksimal 3 bulan.

"Kami menggunakan sistem kandang panggung, pemeliharaan intensif secara koloni. Untuk menjaga kualitas domba, kami menerapkan pemberian pakan formulasi serta melalukan proses silase. Tak lupa kami juga berupaya menjaga kesehatan domba dengan memisahkan domba yang sakit di kandang berbeda. Kebersihan kandang pun tak luput menjadi perhatian kami," tambahnya.

Tak ada usaha tanpa keuntungan dan tambahan. Richard menceritakan dari seekor domba ia dapat memperoleh keuntungan 10-20% per ekornya. Bila lebaran haji tiba, keuntungan yang diperoleh kisaran Rp500.000 hingga lebih dari Rp1.000.000 per ekor.

"Sejak memulai usaha pada tahun 2017, penghasilan tertinggi kami di tahun 2019 dengan omzet Rp3 milliar per tahun. Tahun ini kami mengalami penurunan omzet karena pandemi. Adanya pembatasan aktivitas membuat banyak masyarakat yang mengurungkan niatnya untuk menyelenggarakan akikah. Namun, dengan adanya era kebiasaan baru, mulai banyak masyarakat yang tetap menyelenggarakan akikah," ungkap Richard.

Untuk pemasaran, sebagai generasi milenial, Richard dan rekannya memanfaatkan sosial media  selain melalui penjualan langsung. Selain lembaga akikah, Kandangku juga men-supply katering di wilayah Bogor dan sekitarnya. Selain mendapatkan keuntungan secara ekonomi, Kandangku pun memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dengan memberikan peluang penyediaan rumput pakan hingga kotoran domba yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: