Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadirnya Sawit: Potensi, Manfaat, dan Profit

Hadirnya Sawit: Potensi, Manfaat, dan Profit Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tak dapat dimungkiri, sebagian masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa peran kelapa sawit tidak menguntungkan dan tidak membawa dampak ekonomi. Anggapan terkait multipotensi kelapa sawit yang hanya dirasakan oleh perusahaan perkebunan skala besar, tetapi tidak dirasakan oleh petani selaku aktor utama dalam kegiatan operasional perkebunan tidaklah benar.

Pasalnya, petani, perusahaan, serta stakeholder lainnya merupakan sistem yang bersifat dependen. Kelapa sawit hadir sebagai jawara dan guardian angel bagi jutaan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia.

Baca Juga: Tak Berhenti di B30, Energi Terbarukan Berbasis Sawit: Lanjut Terus!

Ketua Gapki cabang Sumatera Selatan, Alex Sugiarto mengatakan, "Pada dasarnya, perusahaan perkebunan sawit swasta dan perkebunan plasma milik rakyat saling bersinergi. Kemitraan inti antara swasta dan plasma terlihat di mana ada ketentuan izin lokasi minimal 20 persen."

Artinya, di mana ada perkebunan kelapa sawit, itu bukan semata-mata hanya untuk kekayaan perusahaan. "Tidak begitu, kesejahteraan masyarakat sekitar juga mesti didapat," tegasnya.

Lebih lanjut Alex mengatakan, kebijakan dan gagasan pemerintah terkait biodiesel dan green energy berbahan baku minyak sawit merupakan salah satu bentuk pembangunan bagi kesejahteraan perusahaan dan perkebunan plasma sawit rakyat.

"B30 saja dapat menambah penggunaan CPO 9 juta ton per tahun. Jika bisa mencapai B100, jumlah CPO yang digunakan 30 juta ton, belum lagi kalau D100. Jadi, betapa besar dampaknya bagi perkebunan sawit swasta dan sawit plasma rakyat," ungkap Alex.

Perlu diingat, dalam perekonomian rakyat dan negara, serapan tenaga kerja oleh perkebunan sawit yakni sekitar 5,5 juta pekerja langsung yang bersinggungan dengan kebun (petani) serta 12 juta pekerja tidak langsung seperti karyawan industri hilir sawit, pemilik warung atau minimarket, hingga konsumen.

"Selain itu, kelapa sawit juga menjadi penyelamat devisa kita, itu ada Rp27,7 triliun devisa yang diselamatkan melalui mandatori B20. Itu baru B20 belum B100, makanya saya berpendapat untuk apa lagi kita jual minyak mentah kemudian impor solar, padahal punya sumber daya sendiri," tutup Alex.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: