Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ke Mana Arah Kebijakan Luar Negeri Arab Saudi?

Ke Mana Arah Kebijakan Luar Negeri Arab Saudi? Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
Warta Ekonomi, Riyadh -

Jurnalis Charlotte Wiedemann memberikan pandangannya terkait kebijakan Luar Negeri Arab Saudi yang tidak menentu dan berakhir dengan kesimpulan bahwa Kerajaan hanya berperang dengan Iran untuk mendominasi wilayah tersebut. Termasuk reformasi modern yang sedang dikencangkan Arab Saudi dibawah kendali Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

"Bagi para feminis (begitulah mereka menggambarkan diri mereka) yang saya temui di Arab Saudi, perang mengerikan di negara tetangga Yaman bukanlah masalah yang mendesak," ujar Wiedemann dilansir dari Qantara pada Selasa (15/9/2020).

Baca Juga: Liga Arab Diduga Tebar Ancaman bagi Kabinet Arab Saudi

Menurut Wiedemann, para feminis itu sibuk membebaskan diri mereka sendiri dan perempuan lain dari belenggu sistem perwalian yang absurd. Di mana di Arab Saudi, seorang perempuan tetap menjadi tempat tinggal laki-laki seumur hidup mereka.

Dalam upaya ini, selain dengan kekuatan mereka sendiri, para pioner menggantungkan harapan mereka pada orang yang dapat dianggap bertanggung jawab atas berbagai kejahatan perang dalam perang Yaman, yaitu Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Menteri Pertahanan dan Pemuda.  

Pewaris takhta berusia 32 tahun itu, digambarkan sebagai seorang reformis. Padahal menurut pandangan umum yang dianut di negara-negara di luar Eropa dan khususnya di negara-negara Islam, yang diberi label dengan kata R yang secara rutin berisi hal-hal berikut: lebih banyak hak untuk perempuan dan minoritas, liberalisme pasar, kesiapan untuk bekerja sama dengan Barat. 

"Jika paket ini dibuka, ini disebut modernisasi. Tapi, seperti yang kita sadari, zaman modern adalah penemuan kita dan reformasi ini pasti membuat negara-negara Islam lebih seperti kita, Barat," ujar Wiedemann. 

Begitu banyak kesalahpahaman di sini. Faktanya, di abad ke-21, setiap negara sedang mengembangkan era modernnya sendiri dan Arab Saudi adalah perumpamaannya.

"Kami belum tahu apakah modern versi Mohammed bin Salman harus ditakuti," ujarnya. 

Wiedeman melanjutkan, apa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir di bawah pengaruh langsung atau tidak langsungnya dapat dibagi menjadi tiga kategori.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: