Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Catatan 2020: Kebakaran Hutan Terburuk Sepanjang 18 Tahun

Catatan 2020: Kebakaran Hutan Terburuk Sepanjang 18 Tahun Kredit Foto: Antara/Bayu Pratama S

Basin Amazon dan Pantanal

_114414667_gettyimages-1228062652.jpg

Citra satelit NASA dan kajian sejumlah organisasi lingkungan menunjukkan bahwa kebakaran hutan tengah menyebar di Basin Amazon, Brasil.

Berstatus hutan hujan tropis terbesar di dunia, Amazon merupakan tempat penyimpanan karbon penting yang dapat memperlambat laju pemanasan global.

Amazon merupakan rumah untuk satu juta orang adat sekaligus habitat sekitar tiga juta tumbuhan dan binatang.

Sejumlah peneliti dan pakar kehutanan menyebut deforestasi Amazon saat ini persis dengan kejadian yang terjadi di kawasan itu satu dekade silam.

"Anda mungkin tidak melihat kebakaran seperti yang terjadi di hutan California karena api yang berkobar di Amazon rendah. Tapi kebakaran semacam itu lebih merusak," kata Paulo Moutinho, peneliti senior di Amazon Environmental Research Institute, sebuah organisasi sains independen di Brasil.

"Pohon-pohon bisa mati dalam beberapa tahun. Satu hektar hutan di Amazon memuat 300 spesies tumbuhan dan pepohonan, sedangkan dalam luas yang sama di California hanya ada 25 spesies," ujarnya.

Badan Antariksa Brasil, INPE, menyebut jumlah karhutla di Amazon meningkat hingga 28% antara Juli 2019 hingga Juli 2020.

Tidak seperti kekeringan yang terjadi di kawasan pantai barat AS, karhutla di Brasil umumnya terjadi akibat deforestasi.

Menurut pegiat konservasi, deforestasi itu terjadi akibat kebijakan pemerintah Brasil yang lebih mengutamakan pertanian dan pertambangan.

Namun sebenarnya bukan hanya hutan hujan tropis di Amerika Selatan yang tengah terbakar. Di sisi selatan Amazon, yaitu kawasan lahan basah terbesar di dunia, Pantanal, api juga sedang berkobar.

Pantanal merupakan salah satu lokasi dengan keanekaragaman flora-fauna terbesar di dunia. Wilayahnya terbentang dari Brasil, Paraguay, dan Bolivia.

Pantanal adalah dataran banjir terbesar di dunia. Wilayah ini pada kondisi normal selalu banjir saat musim hujan atau antara November hingga April.

Tahun 2020, tidak terjadi banjir di Pantanal. Akibatnya, kekeringan parah pun melanda kawasan itu.

Padang rumput dan savana Afrika

Citra satelit juga menunjukkan karhutla besar di wilayah tropis Afrika. Kebakaran terjadi di savana dan padang rumput. Di lokasi itulah hampir sebagian besar karhutla terjadi di Afrika setiap tahun.

Walau kebakaran tahun ini terlihat sangat rapat, beberapa ilmuwan menyebut dampaknya terhadap lingkungan tidak akan begitu buruk.

"Mayoritas kebakaran di Afrika merupakan proses alami yang sudah terjadi selama ribuan tahun," kata Niels Andela, dosen di School of Earth and Ocean Science, University of Cardiff.

"Melalui proses itu, vegetasi meregenerasi savana dan padang rumput di Afrika," ujarnya.

Karhutla di Afrika juga dianggap tidak berdampak buruk untuk lingkungan. Alasannya, savana dan padang rumput baru akan menyerap emisi karbon yang muncul saat karhutla.

Ladang gambut Arktik

_114414663_gettyimages-1217493302.jpg

Saat karhutla di California membesar Agustus lalu, Lingkar Arktik sudah lebih dulu terbakar. Si jago merah membakar tundra, sedangkan asapnya menyelimuti kota-kota di kawasan Siberia.

Karhutla di Arktik ini menghasilkan 244 megaton karbon dioksida. Jumlah itu merupakan rekor terbesar dan 35% lebih banyak dari tahun lalu, menurut Copernicus Atmosphere Monitoring Service.

Sejumlah pakar menyebut peningkatan emisi karbon signifikan terjadi karena lahan yang terbakar merupakan lahan gambut. Tanahnya jenis ini mengandung banyak karbon.

Para ilmuwan mengatakan musim dingin dan musim semi yang hangat merupakan salah satu faktor terjadinya karhutla itu.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: