Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Startup Story: Tinder, Biro Jodoh Online yang Cetak Triliunan Rupiah

Startup Story: Tinder, Biro Jodoh Online yang Cetak Triliunan Rupiah Kredit Foto: Theverage
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aplikasi kencan daring, Tinder, sempat menjadi tren di Google Indonesia pada akhir pekan lalu. Nah, sebenarnya, bagaimana kisah berdirinya aplikasi tersebut?

Berdasarkan informasi yang Warta Ekonomi himpun dari Business of Apps, Senin (21/9/2020), Tinder berdiri pada 2012 berkat program inkubasi startup milik InterActiveCorp (IAC), perusahaan induk dari Match Group. IAC juga bertanggung jawab atas situs kencan Match.com, OKCupid, dan Zhenai (China).

Saat itu, Tinder berdiri berkat besutan Sean Rad dan Justin Mateen. Namun kini, keduanya telah melepas jabatan masing-masing.

Baca Juga: Banyak Upload Konten, Pendapatan Youtube NCT Bisa Sentuh Rp1,4 M per Bulan

Baca Juga: Trump Kini Dukung Lahirnya TikTok Global, Kok Bisa Sih?

Awalnya, aplikasi Tinder tak tersedia untuk semua orang. Waktu itu, uji coba hanya berlaku untuk sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat (AS). Setelah itu, Tinder baru bisa mengudara secara publik.

Luar biasanya, aplikasi kencan daring itu berhasil memproses 350 juta swipes per hari pada akhir 2013; artinya, ada 4.000 swipes per detik. Jumlah itu meningkat menjadi satu miliar swipes per hari, sebelum akhir 2014.

Tinder tersedia secara gratis, hingga akhirnya meluncurkan layanan premium pada 2015 lewat Tinder Plus, dan level lanjutan pada 2017 melalui Tinder Gold.

Semenjak itu, Tinder mencatatkan berbagai batu loncatan. Per 2019, Tinder sudah menghimpun 57 juta pengguna di 190 negara; 5,9 juta di antaranya berlangganan Tinder Plus dan Tinder Gold.

Pada tahun yang sama, jumlah swipes Tinder per harinya mencapai 1,6 miliar. Di pasar internasional pertama Tinder, India, tercatat 7,5 juta swipes per hari, itupun data pada 2016.

Perusahaan induk Tinder, Match Group, telah melaporkan pendapatan senilai 444 juta dolar AS (sekitar Rp6,54 triliun) pada kuartal III 2018.

Meski menarik banyak pengguna, Tinder seperti pedang bermata dua. Jika tidak berhati-hati dan penggunaannya tak tepat, maka aplikasi itu bisa merugikan.

Sebagai contoh, kasus pembunuhan dan mutilasi yang terjadi di DKI Jakarta belum lama ini. Kabarnya, pelaku dan korban bisa saling mengenal satu sama lain. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: