Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

5 Unicorn Indonesia Berjemaah IPO di Tengah Pandemi, Yay or Nay?

5 Unicorn Indonesia Berjemaah IPO di Tengah Pandemi, Yay or Nay? Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra

Meski begitu, ketimbang ekspansi untuk IPO, Heru lebih menyarankan para startup ataupun unicorn untuk bertahan dalam satu-dua tahun ke depan karena kondisi saat ini masih sangat menantang.

"Saya sepakat bahwa 2020-2021 ini adalah tahun untuk lebih bertahan dibanding untuk ekspansi," ujar Heru.

Sementara Pandu mendorong startup, utamanya unicorn Indonesia, untuk tak ragu melakukan IPO di bursa. Ia melihat potensi perkembangan startup di negeri ini sangat luar biasa.

Melansir dari laman SindoNews, dia bilang, "dulu, mungkin dari 1% dari seluruh total offline e-commerce, mungkin sekarang baru naik 2%. Kalau di China, sudah mencapai 15%, Amerika malah 20%. Jadi, menurut saya, perkembangan startup di Indonesia masih besar sekali."

Dia pun mencontohkan pergerakan saham salah satu startup e-commerce asal Singapura, Shopee. Selama lima bulan terakhir, harga sahamnya melambung tinggi.

"Perusahaan startup seperti Shopee, pergerakan sahamnya luar biasa. Dari 30 dolar AS per saham awal tahun, sekarang sudah 150 dolar AS per saham di bursa saham Amerika. Itu refleksi apa yang terjadi di dunia, apalagi di Indonesia," bebernya.

Matangkan Aksi IPO dengan Kinerja Kinclong

Heru mengatakan, model bisnis startup berbeda dengan perusahaan biasa sehingga ada sejumlah hal yang mesti dipersiapkan agar rencana IPO para unicorn bisa benar-benar berjalan mulus; menarik banyak investor.

"Startup dan unicorn ini kan beda dengan perusahaan tradisional. Yang biasanya nanti dinilai asetnya apa yang riil. (Startup) ini kan (asetnya) enggak riil, walaupun enggak semuanya. Misal punya gedung, punya aset apa. Transportasi online, punya motor, punya mobil. Tapi semua aset itu kan ada di mitranya," jelasnya.

Yang paling penting, lanjut dia, ialah startup harus mampu membuktikan pada investor bahwa keuangannya dikelola dengan standar akuntansi yang baik, bisnisnya punya prospek cerah ke depan, dan terus meningkat; dari status startup biasa jadi unicorn, unicorn jadi decacorn, dan seterusnya.

"Harus memberikan suatu keyakinan pada masyarakat bahwa pengeloaan keuangan selama ini dilakukan secara baik, memiliki potensi untuk berkembang ke depannya, memiliki angka transaksi yang besar. Ini yang utama, memang agak beda bagaimana dia meyakinkan publik," ujar Heru.

Di samping itu, sebelum IPO, startup pasti melakukan efisiensi agar pertumbuhannya positif atau mendulang untung. Juga mampu membagikan cuan pada investor dan melunasi semua utangnya.

"Enggak positif juga, tapi negatifnya enggak terlalu besar. Bagus lagi, kalau sudah positif. Negatifnya bisa rendah, dan punya proyeksi ke depan menjadi positif. Dia juga punya kemampuan dua-tiga tahun ke depan untuk mengembalikkan semua investasi, semua pinjaman. Itu yang perlu diyakinkan pada masyarakat," pungkasnya menggarisbawahi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: