Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Membedah Perbedaan Traditional Marketing dan Digital Marketing

Membedah Perbedaan Traditional Marketing dan Digital Marketing Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemasaran adalah bagian yang tak terpisahkan dari bisnis. Pelaku usaha yang bijak dan visioner akan memastikan bahwa sebagian anggarannya dialokasikan untuk bidang pemasaran. Kita semua telah menyadari bahwa tren pemasaran di era ini berubah dengan sangat cepat. Pemasar telah beralih ke platform digital untuk mempromosikan brand melalui situs e-commerce, iklan Google, dan email karena sejumlah platform tadi bisa memiliki jumlah target konsumen yang banyak.

Saat ini adalah era di mana sebagian besar orang melakukan transaksi online. Namun, terdapat sebagian besar orang yang tidak mengetahui cara menggunakan internet. Hal ini menjadi tantangan bagi pengusaha untuk memutuskan mengadopsi strategi pemasaran yang mana, pemasaran digital atau pemasaran tradisional? Mari kita bedah satu-persatu.

Baca Juga: Apa Itu Digital Marketing?

Apa Itu Traditional Marketing?

Traditional marketing adalah sebuah strategi pemasaran yang menggunakan alat dan sarana yang memiliki rupa fisik seperti pemasangan papan reklame di jalan, menempelkan brosur di tembok, interaksi secara tatap muka, dll.

Di era digital marketing ini, bentuk pemasaran tradisional belum sepenuhnya mati. Bahkan, ketika revolusi digital terus berkembang pesat, pemasaran tradisional hampir tidak pernah bangkrut dan masih bisa berkembang pesat. Sebagian besar pemasar hari ini bisa mengenali bagaimana teknik pemasaran tradisional memiliki nilai dan relevansi, terutama bila dikombinasikan dengan strategi pemasaran online.

Sementara beberapa metode pemasaran tradisional sedang menurun, metode yang lain berjalan kuat dan masih menguasai dunia pemasaran. Bagi pemilik usaha kecil, memasarkan lewat TV dan radio adalah sesuatu yang tidak murah. Sebaliknya, penggunaan papan nama, papan reklame, dan selebaran tidak hanya ramah anggaran, tetapi juga efektif dalam menjangkau konsumen. Terdapat beberapa sarana traditional marketing yang eksis hari ini, di antaranya adalah

o Papan Reklame

Baliho atau papan reklame yang menggunakan gambar cetak atau lukisan tangan di atas kanvas masih sangat umum digunakan. Mode pemasaran tradisional ini menggunakan lebih sedikit teks dan lebih banyak gambar karena sebuah gambar memiliki ribuan makna. Gambar yang menarik sangat bagus untuk meningkatkan brand awareness. Hal ini menjadikan papan reklame sebagai metode yang mudah untuk dikenal karena sebuah papan besar di jalan raya tidak akan pernah bisa untuk diabaikan oleh seluruh pengguna jalan.

o Selebaran dan Brosur

Sejumlah tempat usaha seperti penjual barang elektronik dan pasar modern di pinggir jalan atau di dalam mal masih menggunakan metode menyebarkan selebaran dan brosur. Metode ini masih sering digunakan, terutama untuk memberikan informasi seputar diskon dan penawaran khusus. Pemasaran tradisional yang dilakukan dengan bertatap muka menjadi jauh lebih terhubung dan interaktif. Jangan meremehkan kekuatan hand-out untuk menghadirkan peluang pertumbuhan baru bagi bisnis Anda. Sarana untuk menyebarkan pesan seperti ini membangkitkan tanggapan yang kuat dan jangkauan yang lebih luas bagi pemasar. 

o Televisi

Saat ini, televisi masih menjadi pilihan bagi pemasar untuk bisa mengenalkan brand-nya ke masyarakat luas. Walaupun ketertarikan masyarakat terhadap televisi mulai berkurang, ternyata masih banyak orang dari kalangan tertentu yang setia menonton tayangan di televisi. Dengan menempatkan dan mengatur waktu tayang iklan di televisi, seorang pemasar dapat mempromosikan produknya ke target konsumen yang lebih tersegmentasi.

Traditional marketing adalah tentang bagaimana Anda dapat menjangkau khalayak umum yang lebih luas yang dapat dihitung dengan angka. Makin banyak orang melihat iklan Anda, makin banyak prospek yang dapat dihasilkan. Hal ini dapat membuktikan bahwa pemasaran tradisional lebih efektif dalam menciptakan brand awareness sehingga tidak hanya mengundang konsumen baru, tetapi juga membuat mereka untuk terus membeli produk Anda yang berujung pada loyalitas konsumen.

Traditional marketing lebih membutuhkan banyak usaha dan sumber daya untuk bisa berhasil dalam memasarkan suatu produk. Satu hal yang perlu diperhatikan bagi pemasar saat menggunakan metode ini adalah dalam beberapa kasus, traditional marketing juga bisa digabungkan dengan digital marketing, sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah keuntungan dan kekurangan memakai strategi traditional marketing:

Keuntungan

Jika Anda ingin menjangkau segmen demografis yang lebih tua, pemasaran tradisional bisa sangat efektif. Menurut GlobeNewswire, penonton berusia 50 tahun ke atas menghabiskan waktu hampir dua kali lebih banyak untuk membaca koran dan menonton TV dibandingkan dengan mereka yang berusia 21-34 tahun.

Jenis strategi pemasaran ini ditujukan untuk dapat menjangkau konsumen yang lebih luas. Bisnis yang lebih kecil biasanya memasarkan produknya melalui papan reklame dan selebaran. Iklan di TV atau radio dapat diputar beberapa kali saat acara sedang berlangsung untuk mengingatkan orang tentang kehadiran brand tersebut, sementara iklan online dapat dilewati atau diblokir (misalnya, mengklik "Saya tidak ingin melihat ini" di sebuah iklan media sosial, atau dengan menge-klik skip).

Kekurangan

Mencetak brosur dan selebaran dalam jumlah banyak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak ada jaminan bahwa penerima brosur dapat tertarik dengan produk atau layanan yang Anda tawarkan.

Metode pemasaran tradisional membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil dan data mengenai keberhasilan pemasaran. Anda tidak tahu apakah seseorang telah membaca iklan yang terpampang di surat kabar kecuali mereka memutuskan untuk menindaklanjutinya dengan melakukan pembelian.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: