Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Habis Kena Omel Pemerintah Thailand, Facebook Kini Diprotes Presiden Filipina, Kenapa Tuh?

Habis Kena Omel Pemerintah Thailand, Facebook Kini Diprotes Presiden Filipina, Kenapa Tuh? Kredit Foto: Unsplash/Kon Karampelas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah kena 'omel' pemerintah Thailand, kini Facebook jadi sasaran kemarahan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Mengapa itu bisa terjadi?

Melansir Reuters, Selasa (29/9/2020), Duterte mempertanyakan tujuan Facebook beroperasi di negaranya--ini berkaitan dengan pembongkaran akun palsu dari China dan Filipina pada Selasa (22/9/2020), termasuk yang mengkritik Partai Komunis Filipina dan sayap bersenjatanya, New People's Army (NPA).

"Facebook, dengarkan saya. Kami mengizinkan Anda beroperasi di Filipina dengan harapan Anda dapat membantu kami. Kini, jika pemerintah tak dapat melakukan sesuatu demi kebaikan rakyat, lalu apa tujuan Anda di negara saya?" ujarnya dalam pidato di televisi.

Baca Juga: Gegara Mau Blokir TikTok dan WeChat, Jajaran Donald Trump Jadi Terlibat 2 Kasus Hukum

Baca Juga: Musk Ungkap Bocoran Soal IPO Unit Bisnis SpaceX

Asal tahu saja, Facebook mengkaitkan beberapa akun palsu di Filipina dengan militer dan kepolisian. Dua pihak itu pun membantah klaim itu, mengatakan kalau mereka bukanlah pemegang akun palsu. Namun, militer membela laman yang membagikan kesadaran tentang perekrutan komunis--menurutnya, itu bagian dari advokasi. 

Anggota Bersenjata Filipina pun menanyakan kesediaan Facebook untuk memulihkan laman bernama Hands off Out Children itu. "Sebab, advokasimerupakan sesuatu yang dibagikan dan dimajuka oleh militer," ujar juru bicara lembaga itu.

Sekadar informasi, konflik antara pemerintah Filipina dan NPA telah berkecamuk sejak 1968 dan menewaskan puluhan ribu orang.

"Apa gunanya membiarkan Anda beroperasi di Filipina jika tak dapat membantu pemerintah? Kami tidak menganjurkan pemusnahan massal, kami tak mendukung pembantaian. Ini pertarungan ide," imbuh Duterte lagi.

Ia melanjutkan, jika Facebook setuju dengan bibit pemberontakan, maka ia perlu bicara dengan pihak perusahaan AS itu.

Di sisi lain, Facebook mengaku menghapus laman dan akun itu karena penggunanya terlibat dalam perilaku tidak otentik yang terkoordinasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: