Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Twitter, 'Fake News' Menyebar 6 Kali Lebih Cepat dari Fakta, Ternyata Gara-Gara Manusia!!

Di Twitter, 'Fake News' Menyebar 6 Kali Lebih Cepat dari Fakta, Ternyata Gara-Gara Manusia!! Kredit Foto: Unsplash/Moran
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pernahkah Anda berpikir: mengapa berita palsu menyebar lebih cepat daripada kisah nyata di media sosial seperti Twitter?

Jawabannya ada pada proyek penelitian dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) pada 2018. Dari hasil studi itu, terungkap fakta, peluang pengguna Twitter membagikan ulang cuitan (retweet) berisi berita palsu lebh tinggi 70% daripada cuitan tentang kisah nyata.

"Kami menemukan fakta, berita palsu secara signifikan menyebar lebih jauh, lebih cepat, lebih dalam, dan lebih luas daripada fakta," ujas Profesor Sekolah Manajemen MIT, Sinan Aral, dikutip Kamis (1/10/2020).

Baca Juga: Duh, Amerika Hasut Italia Buat Blokir Huawei

Baca Juga: Pemerintah China Mau Selidiki Android, Ternyata Karena Masalah Ini ....

Cuitan berisi kisah nyata butuh waktu enam kali lebih lama untuk menjangkau 1.500 orang. Tak hanya itu, dalam rantai retweet yang tak terputus, berita bohong menyebar dan meluas lebih cepat 10-20 kali lebih cepat daripada cuitan berisi fakta. 

Parahnya, hal itu terjadi bukan karena akun robot. "Saat kami menghapus semua bot dalam kumpulan data kami, perbedaan antara penyebaran berita palsu dan fakta tetap ada," jelas Soroush Vosoughi, penulis karya ilmiah di LSM yang membantu menerbitkan penelitian MIT.

Sebaliknya, berita palsu lebih cepat menyebar di Twitter karena pengguna manusia banyak membagikan ulang cuitan yang tidak akurat. Ada yang sengaja membagikannya, ada pula yang tak sengaja.

Sekadar informasi, penelitian MIT itu meninjau pemberitaan soal bom Marathon Boston pada 2013 yang mendapat atensi besar di Twitter. "Saya menyadari, sebagian besar dari informasi yang saya baca di medsos merupakan rumor; itu bagian dari berita palsu," jelas Vosoughi.

Pada akhirnya, fokus penelitian itu berpindah menjadi indentifikasi kebenaran berita yang beredar di Twitter. Perusahaan medsos itu pun membantu tim MIT.

Dalam penelitian itu, peneliti melacak sekitar 126 ribu kisah yang tersebar di Twitter, melibatkan lebih dari 4,5 juta cuitan dari sekitar 3 juta orang dari 2006 hingga 2017.

Untuk mengidentifikasi kebenaran berita, peneliti menggunakan penilaian dari enam organisasi pemeriksa fakta, yakni: factcheck.org, hoax-slayer, politifact.com, snopes.com, truthorfiction.com, dan urbanlegends.about.com.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: