Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PSBB Jilid II Gerus Kinerja Industri Manufaktur Nasional

PSBB Jilid II Gerus Kinerja Industri Manufaktur Nasional Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta berdampak merugikan terhadap penjualan dan produksi manufaktur.

Ini terlihat dari laporan IHS Markit yang menyebutkan purchasing managers' index (PMI) atau indeks manajer pembelian yang menjadi indikator kinerja industri manufaktur Indonesia kembali menunjukkan tren perlambatan.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: General Motors, Big Three Manufaktur Otomotif di AS

Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw, menyatakan, PMI Indonesia pada September 2020 berada pada level 47,2. Angka ini turun empat poin di bawah bulan sebelumnya sebesar 50,8. PMI di atas 50 menunjukkan manufaktur tengah ekspansif, sedangkan di bawah 50 menunjukkan manufaktur mengalami resesi.

Dia melanjutkan, setelah mengalami peningkatan solid pada bulan Agustus, arus masuk permintaan baru menurun tajam pada bulan September.

Meskipun pada kecepatan yang lebih lambat daripada kontraksi hebat yang terjadi antara bulan Maret dan Juni saat pandemi global memuncak. Output juga kembali menurun. Para responden menyoroti bahwa tindakan pembatasan yang kembali diperketat mengganggu aktivitas pabrik.

"PSBB diterapkan kembali di Jakarta yang berhubungan dengan penurunan pemulihan manufaktur Indonesia. Data terkini PMI mengindikasikan kemerosotan baru pada kondisi pabrik pada bulan September dengan penjualan dan produksi menurun secara solid pada akhir triwulan ketiga setelah peningkatan nyata pada bulan Agustus," katanya pada Kamis (1/10/2020).

Bernard mengungkapkan, perusahaan mengurangi kapasitas dan biaya tambahan sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan biaya dan tetap tetap bertahan. Ketenagakerjaan menurun sementara aktivitas pembelian terus berkontraksi. Inventaris juga menipis.

"Angka PMI terkini menyatakan bahwa sektor manufaktur Indonesia menghadapi kondisi pengoperasian yang menantang pada beberapa bulan ke depan. Apakah pemulihan yang kuat akan mengakar sebagian besar bergantung pada kemampuan negara mengendalikan pandemi. Harapan terhadap prospek tahun depan tetap positif, tetapi optimisme bergantung pada perkembangan situasi Covid-19," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: