Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Startup Story: Halodoc, Hadir dengan 20 Ribu Dokter Secara Daring

Startup Story: Halodoc, Hadir dengan 20 Ribu Dokter Secara Daring Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi COVID-19 telah meningkatkan penggunaan aplikasi kesehatan berbasis teknologi berkali-kali lipat; Halodoc merupakan salah satu contohnya.

Halodoc merupakan aplikasi kesehatan yang menawarkan jasa kepada para pengguna. Ada berbagai layanan di dalam aplikasi tersebut; termasuk menebus obat, konsultasi daring, mengatur jadwal dengan dokter, dan sebagainya.

Di tengah pandemi, Halodoc mencatatkan pertumbuhan dari segi pengguna. Mengutip KrAsia, Jumat (2/10/2020), "penggunaan Halodoc di tengah pandemi meningkat enam kali lipat daripada awal tahun ini." 

Baca Juga: Jajal Berobat Online di Halodoc, Gimana Rasanya? | Review

Baca Juga: Startup Story: Tinder, Biro Jodoh Online yang Cetak Triliunan Rupiah

Sekadar informasi, Indonesia baru membelanjakan 3% dari PDB untuk perawatan kesehatan. Sebagai perbandingan, AS menghabiskan 17,1% dan China menghabiskan 5,2%. Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, Indonesia hanya memiliki 0,4 dokter untuk 1.000 orang; sementara, AS memiliki 2,6 dan China punya 2/1.000.

CEO Halodoc, Jonathan Sudharta berkata, "COVID-19 juga telah mengakselerasi rencana pemerintah untuk meningkatkan belanja kesehatan dengan target 5%."

Halodoc mengusung misi menyederhanakan akses ke perawatan kesehatan melalui teknologi; menjawab masalah kurangnya ketersediaan dokter di Indonesia.

"Dokter yang baru bergabung dapat melayani konsultasi hingga 150 pasien per hari, secara daring," lapor KrAsia.

Asal tahu saja, perusahaan rintitsan itu bekerja sama dengan lebih dari 20 ribu dokter dan lebih dari 4 ribu apotek di Tanah Air. Sementara itu, dari segi pengguna, Halodoc mengklaim ada sekitar 18 juta pengguna yang aktif memanfaatkan platform mereka.

Untuk jangka panjang, Halodoc berniat memperbaiki hal-hal yang membuat layanan kesehatan menimbulkan waktu tunggu berlebihan; seperti dokumen, biaya administrasi, dan hal yang berkaitan dengan layanan medis lainnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: