Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Mitsubishi, Konglomerat dan Pebisnis Ulung Sejak Awal Jepang

Kisah Perusahaan Raksasa: Mitsubishi, Konglomerat dan Pebisnis Ulung Sejak Awal Jepang Kredit Foto: Getty Images

Pasukan pendudukan AS di bawah Jenderal Douglas MacArthur merumuskan rencana industri untuk rekonstruksi Jepang yang mencakup penerapan undang-undang anti-monopoli gaya Amerika. Akibat undang-undang tersebut, zaibatsu dilarang dan penggunaan logo sebelum perang juga dilarang.

Alhasil Mitsubishi dibagi menjadi 139 perusahaan independen. Selain itu, pembatasan yang ketat menghalangi perusahaan untuk mengoordinasikan strategi bisnis dan menyiapkan kepemilikan silang saham.

Revolusi komunis di China selama 1949 dan Perang Korea (1950-1952) secara signifikan meningkatkan nilai strategis Jepang sebagai kekuatan industri dan sekutu AS. Mulai 1950 beberapa bekas perusahaan zaibatsu Mitsubishi diizinkan untuk dipasang kembali. Kepentingan inti perusahaan yang masih ada mengadaptasi kembali nama Mitsubishi Shoji Kaisha dan logo tiga berlian. 

Pada 1953, Bank Mitsubishi mulai menggunakan nama lamanya dan mulai mengkoordinasikan berbagai bekas perusahaan Mitsubishi. Pada 1954 Mitsubishi Shoji bergabung dengan tiga perusahaan komponen sebelumnya dan mulai membangun kembali jaringan perdagangannya di seluruh dunia.

img_1893-2.jpg

Sejumlah perusahaan asosiasi didirikan selama dekade 1950-an. Salah satunya adalah Mitsubishi Gas Chemical Company dan Mitsubishi Petrochemical Company. Rekanan asing terpenting perusahaan, Mitsubishi International Corporation (MIC), didirikan di Amerika Serikat pada 1954.

Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional (MITI) Jepang berperan aktif dalam menjaga keseimbangan persaingan monopoli yang sehat antara zaibatsu baru, Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan lainnya. MITI bertanggung jawab atas koordinasi sumber daya, perencanaan, dan pengembangan yang sangat baik yang memungkinkan perusahaan Jepang untuk tumbuh dan bekerja dengan sukses dalam periode pascaperang. Dengan zaibatsu baru sebagai instrumennya, MITI mempersiapkan Jepang untuk beberapa dekade pertumbuhan yang didorong ekspor.

Selanjutnya Mitsubishi mengalihkan perhatiannya pada potensi mineral yang belum tergali di Australia dan Papua Nugini. Perusahaan membentuk anak perusahaan bernama Mitsubishi Australia untuk berpartisipasi dalam proyek pertambangan batu bara besar di Bowen Basin di Queensland. Mulai 1971 bahan mentah dikirim dari Australia ke Jepang di mana bahan tersebut digunakan untuk memproduksi besi dan baja.

Pada 1969 Mitsubishi membantu mendirikan perusahaan kehutanan bernama Balikpapan Forest Industries di Sotek, Indonesia. Pada 1973 Mitsubishi membentuk usaha patungan dengan pemerintah Meksiko untuk memproduksi garam di Baja California, dan dengan pemerintah Kenya untuk mengembangkan industri pariwisata di negara tersebut. 

Di akhir tahun 1970-an, Mitsubishi membuat perjanjian pemasaran bersama dengan Chrysler Corporation untuk menjual mobil di AS yang dibuat oleh Mitsubishi Motor Company.

img_1917-1.jpg

Pada 1971 Mitsubishi Shoji Kaisha mengubah namanya menjadi Mitsubishi Corporation. Tujuannya mencerminkan internasionalisasi perusahaan yang berkembang. 

Takeo Kondo diangkat sebagai presiden Mitsubishi pada bulan Juni 1986. Beberapa bulan setelah mengambil alih kepemimpinan perusahaan, Kondo mempresentasikan rencana untuk mengatur ulang dan meninjau operasinya. Namun, pada bulan November, Kondo tiba-tiba meninggal. 

Kondo digantikan oleh Shinroku Morohashi, wakil presiden yang ditugasi oleh Kondo untuk melaksanakan rencana restrukturisasi. 

Akuisisi internasional yang agresif oleh afiliasi Mitsubishi menjadi tajuk utama di akhir 1980-an. Langkah ini secara nyata membantunya berkembang dari basisnya di industri berat. Pada 1985 misalnya, Mitsubishi Motors meningkatkan kerja samanya dengan Chrysler Corp. melalui penciptaan Diamond-Star Motors. Pada 1989 dan 1990, Mitsubishi Estate Co. mengakuisisi saham pengendali di Rockefeller Center dengan biaya hampir 1 miliar dolar AS. Sekitar waktu yang sama, Mitsubishi Corp. meningkatkan kepentingan bahan kimia dengan saham pengendali di Aristech Chemical Corp. of Pittsburgh.

Pada 1990, perusahaan Mitsubishi Motors pindah untuk membentuk usaha patungan dengan pembuat mobil Jerman Daimler-Benz dan mengakuisisi sepertiga dari Volvo yang berbasis di Belanda pada tahun berikutnya.

Kekuatan Mitsubishi dan ekonomi Jepang menurun pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Turunnya permintaan di segmen bahan bakar penting Mitsubishi dikombinasikan dengan resesi yen yang kuat. Selain itu, banyak perusahaan Jepang berhenti mengandalkan layanan perdagangan yang disediakan oleh sogo shosha, atau perusahaan perdagangan umum seperti Mitsubishi. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: