Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Bank of China, Taipan China Bagian dari Big Four Global

Kisah Perusahaan Raksasa: Bank of China, Taipan China Bagian dari Big Four Global Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki abad ke-21, posisi China dalam perekonomian global semakin menguntungkan. Fakta menunjukkan, empat bank terbesar dunia --berdasar pada jumlah aset dan pendapatan tahunan-- adalah milik China, menurut laporan S&P Global Market Intelligence dan Global 500 Fortune. Kempat bank tersebut adalah Industrian & Commercial Bank of China, China Construction Bank, Agricultural Bank of China, dan Bank of China. 

Empat raksasa China itu masing-masing telah memiliki aset lebih dari 3 triliun dolar AS dengan nilai kolektif yang dimiliki lebih 1,07 persen pada 2019. Capaian itu dipengaruhi salah satunya reformasi di dalam badan-badan perbankan China dalam tempo dua dekade ke belakang. Dengan begitu lembaga keuangan tersebut dapat beroperasi secara signifikan.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Mitsubishi, Konglomerat dan Pebisnis Ulung Sejak Awal Jepang

Si anak sulung, Industrial & Commercial Bank of China duduk di urutan pertama dalam jajaran empat besar bank milik Negeri Tirai Bambu. Bank ini pada pertengahan 2020 memiliki aset lebih dari 4,32 triliun dolar dengan pendapatan bersih setahun mencapai 177 miliar dolar AS. Pada periode yang sama, di urutan kedua dan ketiga ditempati China Construction Bank dengan aset 3,38 triliun dolar dan Agricultural Bank of China (3,29 triliun dolar AS). 

Sementara pada kesempatan hari Selasa (6/10/2020) ini, Warta Ekonomi akan mengulas "si bungsu" dari empat raksasa perbankan China. Bermodal sejumlah sumber yang relevan, kami siap sajikan uraian perusahaan raksasa tersebut menjadi artikel sebagai berikut. 

Imperial_Bank_of_China%2C_1898_Peking_branch_Taels_issue.jpg

Perjalanan dimulai pada masa Dinasti Qing, era monarki terakhir dari China. Setelah berakhirnya Perang Candu (Opium War) pada 1842, China di bawah pengaruh asing secara terbuka mempersilahkan bank mancanegara masuk ke dalam pemerintahan Qing. Sebagai gantinya, bank-bank yang bercokol di sana harus memberikan pinjaman kepada Dinasti Qing. 

Meningkatnya sentimen nasionalis terhadap pemerintah Qing pada akhir abad melahirkan percobaan pertama pendirian bank di China. Itu dimulai dengan pembentukan Imperial Bank of China di Shanghai pada 1897. Pemerintahking merespons dengan mengesahkan pembentukan bank-bank milik orang China di Beijing, antara tahun tersebut. 

Pada 1905 lahirlah Bank of the Board of Revenue (Daqing Hubu) yang dimiliki bersama oleh pemerintah Qing dan warga negara. Lembaga ini diketahui sebagai bank milik pemerintah tertua yang dioperasikan di China.  

Tiga tahun berselang, pemerintah Qing mengganti nama bank tersebut menjadi Da Qing Bank. Pada saat itu pemerintah Qing memberi wewenang kepada bank tersebut untuk menerbitkan uang dan mengawasi keuangan. Tugas lainnya adalah bank harus mengkoordinasikan utang pemerintah. 

Sun-Yat-sen.jpg

Memasuki tahun-tahun revolusi republik pada 1911, mengakibatkan Dinasti Qing hanya tinggal nama. Sebab Pu Yi, kaisar terakhir dinasti Qing turun demi Republik China yang baru. Atas persetujuan pemerintah China baru di bawah kuasa Sun Yatsen, Da Qing Bank berganti nama menjadi Bank of China. Usul tersebut dikemukakan oleh kepala reformasi keuangan bernama Chen Jintao. Kantor pusatnya saat itu bertempat di Shanghai. 

Bank of China --selanjutnya BOC-- tetap mendapat bagian sentral di pemerintahan Sun. Sejak 1928, BOC memiliki wajah baru sebagai bank milik pemerintah untuk pertukaran internasional. Posisi ini diperkuat dengan pembukaan kantor di London, Inggris pada 1929. Kala itu pembukaan kantor London menandai pertama kalinya bank CHina membuka kantor di luar negeri. 

BOC dengan cepat memperluas bisnisnya ke luar negeri. Sampai akhir 1940-an saja, bank telah membuka 34 cabang di luar China. Termasuk yang terbesar ada di Hong Kong, yang didominasi Inggris. 

Setelah Perang Saudara China berakhir pada 1949, Bank of China secara efektif terpecah menjadi dua operasi. Sebagian dari bank tersebut dipindahkan ke Taiwan dengan pemerintahan Kuomintang (KMT), dan diprivatisasi pada 1971 menjadi International Commercial Bank of China. 

Kedatangan kekuasaan pemerintah Komunis di bawah Mao Zedong menandai era baru BOC. Bank asing diharuskan angkat kaki dari negara itu. Pada saat yang sama, sektor perbankan dalam negeri dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah dan direformasi menjadi empat badan utama. BOC, yang tetap menjadi salah satu dari empat operasi perbankan terkemuka di negara itu, kemudian mengkhususkan diri sebagai bank devisa pemerintah, yang bertanggung jawab atas perdagangan luar negeri dan operasi perbankan internasional.

W020100129597356079102.jpg

BOC tetap menjadi wajah perbankan publik di China ketika negara itu jatuh ke dalam isolasi politik dan ekonomi selama tiga dekade. Pada akhir 1970-an, pemerintah China bertekad untuk mengakhiri upaya swasembada. Pemerintah melakukan hal sebaliknya dengan memulai membuka kembali hubungan internasional dan pelonggaran kebijakan ekonomi secara bertahap. 

BOC memainkan peran utama dalam memperkenalkan kembali China ke pasar global. Oleh karena itu, BOC bertindak sebagai perantara dalam merundingkan sejumlah perjanjian perdagangan penting, seperti perjanjian pinjaman energi pertama negara tersebut dengan Export and Import Bank of Japan pada 1979.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: