Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Black Campaign Sawit, Bagaimana Awalnya?

Black Campaign Sawit, Bagaimana Awalnya? Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sepekan terakhir, aksi boikot terhadap produk minyak sawit dan turunannya dari FGV Holding Malaysia oleh Amerika Serikat menjadi topik terhangat yang turut dibicarakan oleh pelaku industri sawit nasional.

Tidak hanya karena FGV Holding memiliki sekitar 22.578 hektare kebun sawit di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah saja, tetapi aksi tersebut juga dianggap sebagai salah satu bentuk kampanye negatif yang dilakukan untuk menggeser kedudukan minyak sawit di pasar global.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinanga menanggapi kondisi tersebut. "Itu sudah enggak aneh lagilah. Sama saja dengan Eropa. Apa pun pasti mereka lakukan untuk mendiskreditkan sawit. Asal tahu saja, upaya ini sudah berubah menjadi ideologi, lho."

Baca Juga: Produk Berlabel Bebas Minyak Sawit, Waspada!

Hanya saja, kebencian yang sudah mendarah daging tersebut justru tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Bahkan, dalam memenuhi kebutuhan pangan saja, Negeri Benua Biru dan Benua Merah ini masih bergantung pada minyak kelapa sawit.

Lebih lanjut Sahat menjelaskan bahwa sebenarnya bibit kebencian kepada minyak kelapa sawit oleh Negari Benua Biru dan Benua Merah tersebut sudah mencuat sejak 1970-an. Isu yang pertama kali mencuat yakni mengonsumsi minyak sawit dapat menyebabkan obesitas dan kolesterol.

"Sekitar 1978, saya tinggal di Eropa, isu itu masih berseliweran. Tapi, Eropa enggak percaya dengan isu itu. Mereka tetap membeli minyak sawit," terang Sahat.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: