Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembangunan dan Kemajuan Papua di Tangan Anak Muda

Pembangunan dan Kemajuan Papua di Tangan Anak Muda Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Potensi anak muda Papua tidak kalah dengan anak muda daerah lain. Anak muda Papua bisa membuktikan diri dan menunjukkan potensinya.

Kisah ini terjadi kepada Abdul Rauf Paca. Seorang anak muda Papua asal Teluk Bintuni ini memiliki caranya sendiri untuk berkelana. Beberapa tahun lalu, Abdul bekerja sebagai pedagang baju di Teluk Bintuni, Papua Barat.

Baca Juga: Tokoh Papua Bersuara Lantang: Anies Baswedan Simbol Pemersatu, Bukan Perlawanan!

Sebagai anak muda yang penuh semangat, ia merasa perlu melakukan sesuatu untuk membangun tanah kelahirannya. Kala itu, ia mendengar kabar bahwa ia dapat berkontribusi di salah satu perusahaan minyak raksasa yang bercokol di sana.

Untuk mewujudkan cita-citanya di tanah Sisar Matiti, ia pun bergabung dengan Pusat Pelatihan Teknik Industri Migas (P2TIM) Teluk Bintuni. Di sana, ia dilatih menjadi seorang rigger terampil bersertifikasi internasional.

"Awal saya sangat tertarik boleh dibilang masuk di sekolah situ, nanti kalian akan dipekerjakan di LNG Tangguh. Itu yang membuat saya. Oh berarti saya masuk di sini, saya akan dipekerjakan di LNG Tangguh," begitu ujar Abdul saat diwawancarai.

Setelah kurang lebih tiga setengah bulan menimba ilmu di P2TIM, Abdul siap mereguk mimpinya. Petrotekno selaku operator P2TIM telah membekalinya dengan berbagai ilmu yang mumpuni. Sebutlah sertifikasi internasional serta kemampuan dasar dalam bidang industri.

"Semua itu kami dapat melalui ujian BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), ujian kompetensi, terus ujian dapat sertifikat dari, saya rigger, kami punya sertifikat kami punya semua. Sekitar 16 sertifikat kami pegang. Kami punya BNSP dan kami punya ECITB ( Engineering Construction Industry Training Board) itu kami punya sampai level 2," papar Abdul.

Namun, harapannya tak sesuai kenyataan. LNG Tangguh menolak Abdul lantaran ia dinilai belum memiliki pengalaman. Abdul tidak tinggal diam. Ditolak di perusahaan di tanah kelahirannya tak menghentikannya untuk mengejar mimpi.

Ia melihat peluang lain untuk bekerja di luar pulau. Pulau Sumatera dan Jawa pun ia sambangi demi meraih asanya. "Jadi pertama, saya mengawali kerja di Lampung selama 2 bulan, itu dari PT Superkrane. Cuma saat pembangunan jalan di Lampung saya dengan PT Waskita. Pembangunan jalan Trans Sumatera di daerah Tulang Bawang selama 2 bulan," tuturnya.

"Selanjutnya ikut datang proyek LRT di Jakarta Selatan. Yang berikutnya lagi kerja di Jakarta Selatan, proyek LRT, selama kurang lebih 5 bulan. Lanjut ikut kerjaan bongkar-pasang-setting crane. Mulai dari crane yang 50 ton sampai 750, 500 ton, dan 600 ton juga," imbuh pemuda kelahiran Teluk Bintuni, Papua Barat, ini.

Abdul pun pernah ikut dalam proyek pembangunan jalan tol di Bogor dengan sub-kontraktor Puja Perkasa selama empat bulan. Abdul merupakan pemuda yang gemar belajar. Tak hanya ilmu rigger, ia pun belajar sedikit-sedikit ilmu lainnya.

"Mulai dari bongkar setting, memberi signal, bisa semua. Kasih belajar untuk operasi alat di dalam crane itu sedikit-sedikit pun sudah bisa. Kebiasaan saya kalau di tempat kerja, saya ingin, bukan saya hanya ingin jadi rigger, apa yang alat yang mau saya belajar, seperti operasi main lift, itu pun bisa," jelasnya.

Setahun lebih menyelami dunia industri, cita-citanya untuk berkontribusi di Tanah Sisar Matiti, Bintuni, belum pudar. Kini, ia masih menanti kesempatan untuk kembali ke sana untuk ambil bagian dalam pembangunan tanah kelahirannya.

"Makin banyak kita punya pengalaman, makin banyak tempat-tempat yang kita bisa. Intinya, jangan pernah putus asa, selalu semangat untuk masa depan kita dan saat kita balik untuk membangun tanah kita sendiri, Papua," pungkas pemuda berambut ikal itu.

Kisah Abdul ini menimbulkan pertanyaan besar perihal kesempatan anak Papua untuk bekerja di sana. Dengan pengalamannya bergelut di dunia industri selama kurang lebih 1 tahun. Ia belum juga mendapat panggilan untuk pergi bekerja di tanah kelahirannya.

"Sama sekali belum pernah dipanggil untuk ikut assessment ke sana. Malahan yang dipanggil itu bukan orang Papua, tapi orang yang baru masuk. Katanya PT Superkrane terima rigger persiapan ke Tangguh. Dia masuk, ikut assessment, berangkat ke Tangguh. Lalu kami kenapa enggak dikirim?" ucap Abdul.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: