Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

La Nina Serang Australia, Ancaman Bencana Alam Kian Nyata

La Nina Serang Australia, Ancaman Bencana Alam Kian Nyata Kredit Foto: Unsplash/Joey Csunyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Fenomena La Nina ternyata tak hanya memberikan dampak di wilayah Indonesia saja, tetapi juga turut dirasakan di Australia. Namun, tak seperti Indonesia yang berdampak pada kemungkinan terjadinya bencana alam, Australia justru menghadapi serangan predator hiu.

Terjadi peningkatan kematian akibat predator hiu di lautan Australia yang kemungkinan terjadi karena fenomena La Nina.

Baca Juga: Pyridam Farma Gandeng Perusahaan Bioteknologi Australia, Jalin Kerja Sama...

Lebih banyak orang Australia yang tewas dalam serangan hiu tak beralasan di 2020 ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak 1934 silam. Namun jumlah gigitan hiu sejalan dengan rata-rata tahunan selama dekade terakhir.

Dikutip dari laman The Guardian, hal tersebut mendorong para ahli untuk mempertimbangkan kemungkinan fenomena La Nina, dapat mempengaruhi hiu.

Pasalnya fenomena La Nina membuat suhu permukaan laut lebih dingin di Pasifik Tengah, dan hal itu dapat mempengaruhi tempat hiu mencari mangsa.

Pada Minggu, 11 Oktober 2020, polisi di Australia Barat membatalkan pencarian tubuh Andrew Sharpe setelah sehelai potongan pakaian selam dan papan selancar dari pria berusia 52 tahun itu terdampar di pantai dekat Esperance.

Berdasarkan keterangan dari teman-temannya, mereka melihat seekor hiu menggigit Sharpe dua hari sebelumnya.

Kematian Andrew Sharpe adalah yang ke-7 dari gigitan hiu di Australia pada tahun 2020 dan yang ke-6 dar serangan yang tak beralasan.

Menurut Australian Shark Attack File , sudah 86 tahun sejak enam orang terakhir meninggal karena gigitan hiu yang tidak beralasan dalam satu tahun.

Sebelumnya, pada tahun 1929, sembilan orang meninggal karena gigitan hiu yang tidak beralasan di Australia.

Kejadian itu menjadi sebuah rekor yang mendahului perdebatan tentang pengenalan jaring hiu pertama di pantai Australia beberapa tahun kemudian.

Dr Phoebe Meagher, petugas konservasi satwa liar dengan Taronga Conservation Society Australia yang mengelola File Serangan Hiu Australia, mengatakan enam kematian akibat gigitan tidak beralasan di tahun ini jauh di atas rata-rata sejak 50 tahun di Australia yaitu 1,02 kematian per tahun.

Namun angka tersebut masih masuk rata-rata umum dari serangan gigitan predator hiu.

Sejauh ini, terdapat 17 gigitan hiu tanpa sebab di tahun 2020, sama dengan tahun lalu dan satu lebih sedikit dari tahun 2018. Pada 2015, ada 22.

Dr. Blake Chapman, seorang ahli biologi kelautan yang meneliti ilmu saraf hiu untuk gelar PhD-nya, mengatakan bahwa memahami bagaimana hiu berperilaku saat menyerang penting untuk menentukan niatnya.

Ia mengatakan gigitan berulang menunjukkan hiu itu memperlakukan manusia sebagai mangsa.

"Dalam beberapa kasus tahun ini, terdengar seperti hiu berkeliaran dan menggigit lebih dari sekali, yang merupakan perilaku yang tidak biasa bagi hiu putih besar,” katanya.

"Ketika mereka menggigit lebih dari sekali, itu lebih mungkin berakibat fatal karena ada lebih banyak kehilangan darah," tambahnya.

Namun, ia mencatat beberapa serangan fatal adalah gigitan tunggal di bagian atas kaki, selangkangan atau dekat perut, yang menyebabkan kehilangan darah lebih banyak dari arteri utama dan organ vital.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: