Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

6 Perusahaan Grup Astra Milik Konglomerat William Soeryadjaya: Cuma Satu yang Kebal Pandemi

6 Perusahaan Grup Astra Milik Konglomerat William Soeryadjaya: Cuma Satu yang Kebal Pandemi Kredit Foto: Twitter/bincang_buku

4. Astra Otoparts 

Tak semujur bisnis perkebunan, lengan bisnis Astra di bidang otomotif yang dijalankan oleh PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mengalami tekanan sepanjang semester pertama tahun 2020. Sampai dengan Juni 2020, pendapatan Astra Otoparts anjlok 25% Rp7,59 triliun menjadi hanya Rp5,65 triliun.

Direktur Astra Otoparts, Wanny Wijaya, menjelaskan bahwa pendapatan tersebut merupakan akumulasi dari pendapatan di bisnis perdagangan (trading) dengan porsi sebesar 55% dan manufaktur sebesar 45% dari total pendapatan. Hal ini berkebalikan dari tahun sebelumnya, di mana bisnis perdagangan porsinya lebih kecil sebesar 48% daripada bisnis manufaktur yang mencapai 52%.

Dalam enam bulan pertama tahun ini, bisnis pendapatan bisnis perdagangan mencapai Rp3,12 triliu, turun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,61 triliun. Kemudian, pendapatan bisnis manufaktur juga turun dari Rp3,98 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp2,53 triliun pada semester I 2020.

"Untuk semester I, komposisi pendapatan adalah trading 55%, sedangkan manufaktur 45%. Agak sedikit berbeda dengan tahun lalu, lebih kecul karena disebabkan adanya pandemi Covid-19 dan juga adanya PSBB," ungkap Wanny secara virtual, Jakarta, Kamis, 27 Agustus 2020.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dampak PSBB yang paling terasa itu terjadi mulai bulan April 2020. Terlebih lagi, pasar ekspor Astra Otoparts juga terbatas karena adanya penerapan lockdown di sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor.

"Dari bulan April itu sangat signifikan, kami hanya bisa mengandalkan ekspor. Tapi, itu juga terbatas karena masing-masing negara juga sudah melakukan lockdown dan kami tidak bisa melakukan ekspor dengan adanya faktor tersebut," sambungnya.

Terpangkasnya pemasukan perusahaan berimbas pada perolehan laba kotor Astra Otoparts yang turun 39,0% dari Rp1,05 triliun menjadi Rp642 miliar. Alhasil, sampai dengan Juni 2020, Astra Otoparts membukukan kerugian besih hingga Rp296 miliar. Angka tersebut turun hingga 220,5% dari capaian tahun sebelumnya yang masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp246 miliar.

5. United Tractors

Setali tiga uang dengan lainnya, kinerja keuangan PT United Tractors Tbk (UNTR) sama-sama tertekan oleh pandemi Covid-19. Ditambah lagi, penurunan harga batu bara pada paruh pertama tahun ini turut menggerus laba bersih UNTR sedalam 28% dari Rp5,7 triliun pada Juni 2019 menjadi hanya Rp4,1 triliun pada Juni 2020.

Corporate Secretary UNTR, Sara Loebis, menjelaskan bahwa penurunan laba tersebut seiring dengan kontraksi pendapatan perusahaan sebesar 23% dari Rp43,3 triliun pada 2019 menjadi Rp33,2 triliun pada 2020. Kontributor terbesar terhadap pendapatan perusahaan adalah segmen usaha kontraktor penambangan sebesar 46%. Berikutnya diikuti oleh segmen mesin konstruksi sebesar 22%, pertambangan batu bara sebesar 18%, pertambangan emas sebesar 12%, dan industri konstruksi sebesar 2%.

"Segmen usaha kontraktor penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan bulan Juni 2020, Kontraktor Penambangan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp15,1 triliun atau turun 22% dari Rp19,3 triliun pada periode yang sama pada tahun 2019. Sementara itu, PAMA mencatat penurunan volume produksi batu bara sebesar 8% dari 60,8 juta ton menjadi 55,9 juta ton dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) turun 10% dari 469,2 juta bcm menjadi 420,3 juta bcm," kata Sera beberapa waktu lalu.

Sementara itu, segmen usaha mesin konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 56% dari 1.917 unit menjadi 853 unit karena menurunnya permintaan alat berat di masa PSBB. Pendapatan UNTR dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga turun sebesar 25% menjadi sebesar Rp3,3 triliun. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 33%.

Penjualan UD Trucks mengalami penurunan dari 302 unit menjadi 94 unit, dan penjualan produk Scania turun dari 291 unit menjadi 100 unit. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha mesin konstruksi turun 40% menjadi sebesar Rp7,3 triliun dibandingkan Rp12,1 triliun pada periode yang sama tahun 2019.

"Segmen usaha pertambangan batu bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sampai dengan bulan Juni 2020 total penjualan batu bara mencapai 5,6 juta ton, termasuk di dalamnya 869 ribu ton batu bara kokas, atau meningkat 14% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar 4,9 juta ton. Namun demikian, pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara turun 11% menjadi Rp6,1 triliun dikarenakan penurunan ratarata harga jual batu bara," lanjutnya.

Segmen usaha pertambangan emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sampai dengan bulan Juni 2020, total penjualan setara emas dari Martabe adalah sebanyak 185,6 ribu ons dengan pendapatan bersih sebesar Rp4,0 triliun, meningkat 11% dari Rp3,6 triliun pada periode yang sama tahun 2019. Rata-rata harga jual terealisasi untuk emas sebesar USD1.498 per ons, dibandingkan USD1.315 per ons pada periode yang sama tahun lalu.

Segmen usaha industri konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan Juni2020, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp746 miliar, turun dari sebelumnya sebesar Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun 2019. ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp252 miliar turun dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp404 miliar.

6. Acset Indonusa

Bisnis konstruksi Astra melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACST) tertekan oleh adanya wabah virus corona. Sampai dengan bulan Juni2020, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp746 miliar, turun dari capaian sebelumnya yang menembus Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun 2019.

Meskipun begitu, pada paruh pertama tahun ini, Acset mampu memangkas rugi bersih dari yang sebelumnya Rp404 miliar pada Juni 2019 menjadi hanya Rp252 miliar pada Juni 2020. Dalam keterangan resminya, manajemen Acset mengatakan bahwa kondisi pandemi memaksa perusahaan untuk menunda sejumlah pengerjaan proyek, baik yang sedang berlangsung maupun proyek atas kontrak baru.

"Perlambatan ini mengakibatkan penundaan pekerjaan proyek yang sedang berlangsung maupun pembukuan kontrak baru," tulis manajemen pada Juli 2020 lalu.

Jika dibedah, kontribusi setiap segmen bisnis terhadap pendapatan perusahaan meliputi infrastruktur sebesar 53%, konstruksi sebesar 31%, pondasi sebesar 11%, dan lainnya sebesar 5%. 

Manajemen memproyeksikan, dampak perlambatan industri konstruksi akibat pandemi Covid-19 masih akan dirasakan oleh perusahaan hingga akhir tahun 2020 mendatang. Meski begitu, perusahaan terus mengupayakan perbaikan internal guna meningkatkan kinerja yang lebih baik.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: