Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Guru Dipenggal karena Kartun Nabi Muhammad, Imam Prancis: Kami Mohon Maaf

Guru Dipenggal karena Kartun Nabi Muhammad, Imam Prancis: Kami Mohon Maaf Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Paris -

Seorang imam masjid di pinggiran Paris, Prancis, menyampaikan permohonan maaf saat memberikan penghormatan di depan kampus guru sejarah dan geografi yang dipenggal di Conflans-Sainte-Honorine. Korban dipenggal pria 18 tahun setelah mempertontonkan kartun Nabi Muhammad kepada para siswanya dalam diskusi kebebasan berekspresi di kelas.

“Kami mohon maaf,” kata Hassen Chalghoumi, imam masjid Drancy, seperti dikutip AFP, Selasa (20/10/2020). Dia menyerukan masjid-masjid di Prancis mendoakan guru bernama Samuel Paty tersebut. (Baca: Guru Dipenggal karena Kartun Nabi Muhammad Picu Demo Besar di Prancis)

Baca Juga: Menkeu Prancis Yakini Blockchain, Tapi Ragukan Cryptocurrency

Hassen Chalghoumi memperingatkan bahaya ekstremis Islam dan meminta para orang tua untuk tidak menumbuhkan kebencian terhadap Prancis.

Dia meletakkan bunga di luar sekolah dengan ditemani oleh para pemimpin Muslim lainnya. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa sudah waktunya bagi komunitas Muslim untuk bangun dari bahaya ekstremisme Islam.

Bagi Hassen Chalghoumi, guru yang dipenggal pria etnis Chechnya itu merupakan martir. (Baca: Imbas Guru Dipenggal, Prancis Akan Usir 231 Warga Asing Radikal)

"(Guru) ini adalah martir bagi kebebasan berekspresi, dan orang bijak yang telah mengajarkan toleransi, peradaban, dan rasa hormat kepada orang lain," kata Chalghoumi, yang menjabat sebagai presiden Konferensi Imam Prancis. Dia secara teratur menyerukan toleransi antaragama.

Dia mengatakan otoritas Muslim harus melihat pemenggalan sebagai seruan untuk bertindak. "Rektor masjid, imam, orang tua, kelompok masyarakat sipil, bangunlah, masa depan Anda dipertaruhkan," katanya.

Dia mengatakan ekstremis Islam di Prancis terorganisir dengan baik dan tahu bagaimana menggunakan sistem hukum dan seberapa jauh mereka bisa melangkah.

"Kita perlu mengakhiri wacana victim-isasi. Kita semua memiliki hak di Prancis, seperti orang lain. Orang tua harus memberi tahu anak-anak mereka tentang kebaikan yang ada di republik ini," katanya. (Baca juga: Buntut Guru Dipenggal karena Kartun Nabi Muhammad, 4 Siswa Ditahan)

Sebagai seorang tokoh kontroversial dalam Islam Prancis, Chalghoumi pernah berselisih dengan militan Islam Perancis-Maroko Abdelhakim Sefrioui, penulis salah satu video di mana ayah seorang gadis di sekolah menuduh gurunya; Samuel Paty, telah menghina Islam.

Kartun yang diperlihatkan Paty kepada para siswanya di kelas adalah kartun karya majalah Charlie Hebdo yang memicu kemarahan komunitas Muslim dan pembantaian di kantor majalah itu pada 2015.

Pada tahun 2010, ketika Prancis memperdebatkan undang-undang tentang pelarangan cadar bagi wanita Muslim, Sefrioui telah mencoba untuk mengeluarkan Chalghoumi dari masjid Drancy, dan Chalghoumi mengatakan dia ditempatkan di bawah perlindungan polisi setelah menerima ancaman pembunuhan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: