Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setahun Jokowi-Maruf Amin, Kontras Kritik Keras: Demokrasi Malah Resesi!

Setahun Jokowi-Maruf Amin, Kontras Kritik Keras: Demokrasi Malah Resesi! Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Koordinator KontraS, Fatia Maulidiyanti menyampaikan, selama satu tahun kinerja, pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin telah mengalami resesi atau penurusan demokrasi. Berdasarkan catatan KontraS di resesi demokrasi di Indonesia terjadi lantaran serangkaian keputusan, baik yang bersifat pernyataan langsung maupun dengan pembiaran atas praktik pembungkaman kebebasan sipil.

"Secara umum bahwa demokrasi Indonesia mengalami resesi atau penurunan, tidak hanya resesi ekonomi, resesi demokrasi pun terjadi di Indonesia," kata Fatia dalam konferensi pers daring, Senin (19/10/2020).

Tak hanya itu, Kontras juga menilai kebebasan berekspresi di Indonesia pun mengalami penurunan. Berdasarkan catatan Freedom House, sambung Fatia, kebebasan berekspresi di Indonesia juga mengalami penurunan. Penurunan kebebasan berekspresi itu terkait berbagai hal, seperti pengambilan kebijakan dan tindakan refresifitas aparat.

Baca Juga: Setahun Rezim Jokowi Jilid Dua: Ekonomi, Hukum hingga Politik Ambyar!

"Penurunan terhadap kondisi demokrasi ini sebenarnya disebabkan oleh beberapa aspek, di antaranya yaitu penyempitan ruang masyarakat sipil, pelibatan aparat keamanan pertahanan dan intelijen pada urusan-urusan sipil khususnya pada era pandemi seperti ini, penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat dan minimnya partisipasi publik dalam implementasi proses demokrasi, yang substansial yakni legislasi," ujar Fatia.

Dia menilai ruang aspirasi masyarakat sipil kini terus berkurang. Hal ini disebabkan tindakan represivitas aparat, baik secara langsung maupun daring.

"Represivitas aparat yang berlaku di lapangan juga semakin masif dengan pola yang makin beragam, tidak hanya terjadi secara offline atau secara langsung, tetapi juga secara daring. Banyak kali penyerangan yang dilakukan oleh aparat yang menyebabkan terjadinya indikasi pembungkaman publik," katanya.

Upaya pembungkaman terhadap kebebasan sipil tersebut  menunjukkan kecenderungan otoritarianisme yang terlihat dari sejumlah pola, yakni pertama, terdapat penolakan atau komitmen yang lemah terhadap aturan main yang demokratis. Kedua, penolakan legitimasi kepada oposisi yang ditunjukkan dengan melihat lawan politik sebagai ancaman eksistensial termasuk keamanan nasional. 

Ketiga, memberikan toleransi atau bahkan dorongan untuk melakukan kekerasan dengan melibatkan aparat keamanan. Keempat, membatasi kebebasan sipil termasuk media.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: