Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib 5 Perusahaan Milik Sandiaga Uno: Yang Untung Ada, Yang Buntung Juga Ada!

Nasib 5 Perusahaan Milik Sandiaga Uno: Yang Untung Ada, Yang Buntung Juga Ada! Kredit Foto: Instagram @sandiuno

1. Saratoga Investama Sedaya

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) harus menelan pil pahit sepanjang paruh pertama tahun 2020. Pasalnya, di tengah pandemi Covid-19, Saratoga menanggung rugi bersih sebesar Rp2,09 triliun per Juni 2020. Capaian tersebut sangat bertolak belakang dengan Juni 2019 lalu, di mana Saratoga berhasil untung sebesar Rp3,19 triliun.

Baca Juga: Nasib Perusahaan Milik Konglomerat Sri Prakash Lohia, Miliarder ke-4 RI: Indorama Synthetics

Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, kinerja semester I 2020 yang berbalik menjadi negatif disebabkan oleh kerugian bersih atas investasi di saham dan efek ekuitas lainnya yang menembus Rp2,81 triliun. Padahal, pada tahun sebelumnya, Saratoga tercatat untung hingga Rp2 triliun. 

Bukan cuma itu, pendapatan perusahaan dari dividen, bunga, dan investasi juga merosot tajam, yakni dari yang sebelumnya Rp1,61 triliun per Juni 2019 menjadi hanya Rp646,07 miliar per Juni 2020. Pendapatan lainya juga ikut terkoreksi secara tahun ke tahun, yaitu dari Rp25,59 miliar menjadi hanya Rp2,70 miliar.

Jika dibedah, kerugian terbesar atas investasi saham dan ekuitas bersumber dari saham sumber daya alam yang angkanya menembus Rp1,46 triliun, di mana tahun sebelumnya tercatat untung sebesar Rp1,72 triliun. Kerugian terbesar berikutnya adalah dari saham infrastruktur, yakni menembus Rp950,59 miliar, sedangkan tahun lalu untung sebesar Rp272,22 miliar.

Investasi saham di produk konsumen juga tercatat rugi, yakni dari rugi Rp109,34 miliar pada Juni 2019 menjadi rugi Rp343,05 pada Juni 2020. Meskipun begitu, Saratoga masih mencatatkan keuntungan atas investasi efek lainnya sebesar Rp30,74 miliar, turun dari keuntungan tahun lalu yang mencapai Rp123,01 miliar.

Kinerja keuangan kian tertekan ketika beban usaha membengkak dari Rp88,07 miliar pada semester pertama tahun 2019 menjadi Rp107,89 miliar pada semester pertama tahun 2020. Ditambah lagi, jika tahun lalu Saratoga mengantongi keuntungan selisih kurs sebesar Rp49,10 miliar, keadaan pada awal tahun ini berbalik menjadi rugi sebesar Rp54,32 miliar.

2. Tower Bersama Infrastructure

Kinerja PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menjadi yang paling bersinar di antara perusahaan milik Sandiaga lainnya. Bagaimana tidak, di tengah pandemi Covid-19, TBIG berhasil mendongkrak signifikan laba bersih hingga 33,58%. Jika Juni 2019 lalu laba bersih TBIG hanya Rp382,14 miliar, angkanya bertumbuh menjadi Rp510,48 pada Juni 2020.

Lonjakan keuntungan bersih itu tidak terlepas dari positifnya pendapatan perusahaan sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Dilansir dari laporan keuangan perusahaan, pendapatan TBIG naik 13,16% dari Rp2,28 triliun per Juni tahun lalu menjadi Rp2,58 triliun per Juni tahun ini.

Kontribusi pendapatan dari Telkomsel menjadi yang terbesar, yakni hingga 39,76% dari total pendapatan. Secara tahun ke tahun, pendapatan tersebut naik dari Rp1,01 triliun menjadi Rp1,02 triliun. Pendapatan dari Indosat juga bertumbuh dari Rp494,13 miliar menjadi Rp550,88 miliar atau setara dengan 21,37% dari total pendapatan perusahaan. Kontributor berikutnya adalah pendapatan dari Hutchison 3 Indonesia sebesar Rp370,16 miliar dan dari Smartfren Telecom yang mencapai Rp172,36 miliar pada semester I 2020.

CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong, mengungkapkan bahwa sepanjang periode semester I 2020, perusahaan berhasil mencetak pertumbuhan organik yang positif. Hal itu tercermin dari bertambahnya penyewaan kotor sebesar 2.517 tenant. Angka tersebut terdiri atas 370 sites telekomunikasi dan 2.147 kolokasi. Jika ditotal, TBIG membukukan penyewaan sebanyak 31.039 dengan jumlah sites telekomunikasi sebanyak 15.893.

"Seiring dengan pelanggan telekomunikasi kami yang berfokus pada densifikasi dan perluasan jaringan 4G mereka, kami mendapat permintaan kolokasi yang kuat, di mana meningkatkan rasio kolokasi (tenancy ratio) menjadi 1,96," jelas CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong, Jakarta, Senin, 28 September 2020.

Lebih lanjut, Hardi menyebut bahwa selama pandemi Covid-19, TBIG senantiasa membantu pelanggan telekomunikasi dalam memperluas jaringan mereka. Sebagai catatan, secara geografis penyebaran jaringan tower TBIG masih didominasi di wilayah Pulau Jawa dan Bali yang angkanya mencapi 57% dari keseluruhan. Penyebaran berikutnya meliputi Sumatra (27%), Kalimantan (7%), dan Indonesia Timur (9%).

"Kami beroperasi sambil mengambil langkah-langkah tambahan untuk memastikan  kami menjaga kesehatan karyawan kami selama  masa-masa yang tidak pasti ini," lanjutnya lagi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: