Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Webinar Perpusnas: Literasi Pintu Masuk Bentuk SDM Berkualitas

Webinar Perpusnas: Literasi Pintu Masuk Bentuk SDM Berkualitas Kredit Foto: Perpusnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai pembaca. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya khasanah peradaban baik berupa artefak maupun manuskrip yang bertebaran seantero Nusantara. Kekayaan peradaban tersebut tidak mungkin tercipta tanpa adanya kemampuan membaca dan literasi yang memadai pada masa tersebut.

Pada usia emas Indonesia 2045 nanti, mayoritas demografi Indonesia diramaikan dengan generasi milenial. Dengan bonus demografi, Indonesia berpeluang masuk menjadi lima negara di dunia dengan ekonomi terbesar.

Baca Juga: DPR Sepakati Pagu Anggaran Perpusnas 2021 Sebesar Rp675,5 Miliar

"Generasi milenial inilah yang diharapkan membawa Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan. Mereka harus bisa mewarisi kebiasaan para nenek moyang Nusantara yang terbiasa membaca," ujar Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, saat membuka Webinar Literasi dalam Membangun Ekonomi Masyarakat di Jakarta, Selasa (20/10/2020). 

Meski diakuinya, kebiasaan membaca masih sering menemui jalan terjal yang diakibatkan oleh kurangnya bahan bacaan yang tersedia jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Namun, semangat menumbuhkan literasi tidak pernah berhenti dilakukan Perpustakaan Nasional. Dalam berbagai kesempatan, Perpusnas selalu menggelorakan pentingnya manfaatnya literasi bagi peningkatan kualitas hidup.

"Literasi bisa dicapai dengan membaca. Inilah salah satu pintu membentuk SDM berkualitas agar bisa bersaing secara global," tambahnya. 

Literasi bukan sekadar memiliki kemampuan baca dan tulis, melainkan kemampuan memahami, mencerna, dan menganalisis suatu teks dan konsep untuk diterjemahkan ke dalam tindakan keseharian. Literasi yang baik akan membantu masyarakat agar tetap produktif menghasilkan beragam inovasi.

"Proses inovasi dan kreativitas yang terus dilatih akan membawa bangsa ke arah kemandirian ekonomi. Bangsa yang berdikari," pungkas Syarif Bando.

Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan sepakat bahwa perpustakaan merupakan solusi bagi kesejehteraaan bangsa. Transformasi perpustakaan mengubah paradigma perpustakaan yang bukan sekadar menjaga dan merawat koleksi.

"Setidaknya, Perpustakaan Nasional berani mengajukan anggaran sebanyak Rp1 triliun dengan dukungan pelbagai kegiatan yang mendukung. Ini harus diperjuangkan," terang anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan.

Sofyan Tan memprediksi masa depan Indonesia akan cerah jika meniliki kalkulasi ekonomi pada 2045 ketika Indonesia memasuki usia emas. Tidak selamanya kekayaan sumber daya alam ataupun hasil bumi lainnya menjadi penopang bagi fondasi ekonomi. Seiring waktu, sektor pariwisata dan industri kreatif akan menjadi salah satu leading sektor sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara.

"Bisnis pariwisata menumbuhkan peluang bisnis yang lain seperti souvenir dan kuliner. Ini adalah peluang," lanjut Sofyan Tan.

Kejelian memanfaatkan peluang dalam bisnis pariwisata harus dibarengi dengan penguasaan teknologi. Apalagi akhir-akhir ini bisnis pariwisata secara daring (online) memiliki pangsa besar. Penyedia jasa tidak perlu repot-repot memiliki sejumlah hotel sebagai aset.

"Penguasaan teknologi bisa diperoleh dari gemar membaca. Ketika membaca menjadi kebiasaan, kemampuan literasi akan mempunyai manfaat terhadap ekonomi masyarakat. Literasi bukan sekadar bisa baca tulis, tapi mampu diaplikasikan," pungkas Sofyan.

Selain Sofyan Tan, Webinar Literasi Membangun Ekonomi Masyarakat juga menghadirkan narasumber Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara, Halen Purba, dan penerima dampak program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dari Perpustakaan Desa Rambung Sialang Tengah, Sumut, Samidi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: