Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sungguh Malang PLN, Pendapatannya Naik Justru Buntung Belasan Triliun

Sungguh Malang PLN, Pendapatannya Naik Justru Buntung Belasan Triliun Kredit Foto: PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah merebaknya pandemi Covid-19, pendapatan bersih Perusahaan Listrik Negara (PLN) justru mengalami peningkatan. Berdasarkan laporan keuangan PLN unaudited kuartal III-2020, peningkatan pendapatan PLN sebesar 1,4%, dari Rp209,2 pada 30 September 2019 naik menjadi Rp 212,3 triliun pada periode sama 2020.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan, peningkatan itu dipicu oleh kenaikan penjualan listrik sebesar Rp205,1 triliun atau naik 1,2% dibanding periode sama tahun lalu. Selain itu, ada kenaikkan pendapatan penyambungan pelanggan sebesar Rp4,5 triliun dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 0,9 triliun.

"Kenaikkan penjualan listrik itu didorong oleh peningkatan jumlah pelanggan sebanyak 3,4 juta, dari 74,5 juta pelanggan pada 30 September 2019 naik menjadi sebanyak 77,9 juta pelanggan pada periode sama 2020. Kenaikkan jumlah pelanggan itu utamanya berasal dari sektor rumah tangga, industri pertanian, dan UMKM," kata Fahmy dalam keterangan tertulis, Kamis (29/10/2020).

Baca Juga: Penjualan Tenaga Listrik PLN Sentuh Rp205,1 Triliun

PLN sudah melakukan efisiensi yang dapat menurunkan total beban usaha hingga 3,5% dari Rp231,6 triliun pada September 2019 turun menjadi Rp223,9 triliun. Namun, lantaran beban usaha lebih besar daripada pendapatan, maka PLN mencatatkan kerugian usaha sebelum subsidi dan kompensasi sebesar Rp11,6 triliun (Rp212,3 triliun-Rp 223,9 triliun), sedangkan pada periode sama 2019 PLN meraup laba sebesar Rp10,8 triliun. 

Fahmy menuturkan, kerugian usaha sebesar itu lebih disebabkan oleh kerugian kurs yang mencapai sebesar Rp22,9 triliun. Dibandingkan pada periode sama 2019, PLN justru mencapai keuntungan kurs sebesar Rp4,4 triliun. Kerugian kurs itu, disebut unrealized loss, sesungguhnya merupakan kerugian yang dicatat dalam laporan keuangan akibat adanya selisih kurs dari pinjaman jangka panjang yang belum jatuh tempo.

"Pinjaman dalam mata uang asing harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah sehingga memunculkan rugi selisih kurs lantaran fluktuasi kurs rupiah," tuturnya.

Fahmy menilai jikalau kerugian kurs tidak dimasukkan dalam laporan keuangan, PLN sebenarnya tidak mengalami kerugian, tetapi justru mencatat keuntungan bersih sebesar Rp11,7 triliun (Rp22,9 triliun-Rp11,6 triliun).

Namun, berdasarkan Standard Akuntansi Pencatatan Laporan Keuangan, PLN harus mencatatkan unrealized loss sebagai beban usaha. Akibatnya, PLN harus mencatatkan kerugian usaha sebesar Rp11,6 triliun pada kuartal III-2020.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: