Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Karena Alasan Ini, China Mau Indonesia Jadi Pusat Produksi Vaksin Corona

Karena Alasan Ini, China Mau Indonesia Jadi Pusat Produksi Vaksin Corona Kredit Foto: Antara/REUTERS/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Sydney -

Pemerintah Federal Australia mengambil langkah diplomatik yang dramatis dengan mengumumkan komitmen bantuan sebesar 500 juta dolar (sekitar 5 triliun rupiah) untuk vaksin corona bagi negara Asia Tenggara dan Pasifik.

Komitmen ini merupakan dana tambahan setelah sebelumnya Australia telah berkomitmen sebesar Rp3 triliun untuk membantu negara-negara Pasifik yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi.

Baca Juga: China Yakinkan Dunia Kalau Uji Vaksinnya Aman buat Manusia, Ini Alasannya

Tambahan dana Rp5 triliun kali ini dimaksudkan untuk mendistribusikan jutaan dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara di kawasan, serta memberikan dukungan teknis untuk memastikan vaksinasi tersebut aman bagi penggunanya.

Dalam pernyataan bersama pada akhir pekan, Menteri Luar Negeri Marise Payne, Menteri Kesehatan Greg Hunt dan Menteri Pembangunan Internasional Alex Hawke mengatakan program ini akan membantu memastikan negara-negara Pasifik bisa mendapatkan cakupan imunisasi penuh serta akan berkontribusi signifikan untuk upaya serupa di Asia Tenggara.

"Memastikan negara-negara di kawasan dapat segera pulih dari dampak kesehatan dan ekonomi pandemi global ini, sangat penting bagi masa depan ekonomi kita bersama di dunia pasca pandemi," demikian isi pernyataan yang diterima ABC.

"Peluncuran vaksin yang cepat dan aman di Pasifik dan Asia Tenggara membuat perjalanan, pariwisata dan perdagangan dengan mitra utama kita di wilayah tersebut kembali normal," katanya.

Namun sampai saat ini belum jelas vaksin mana yang akan didistribusikan.

Pemerintah Australia mencapai kesepakatan dengan perusahaan farmasi Inggris Astrazeneca dan perusahaan lokal CSL untuk pembelian vaksin bagi warga Australia dan negara kawasan.

Melalui kesepakatan itu, Pemerintah Australia bisa mengakses sekitar 85 juta dosis vaksin, jika kedua vaksin yang dikembangkan perusahaan tersebut lolos uji coba untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.

Negara-negara di dunia kini berlomba mengembangkan dan mendistribusikan vaksin COVID-19, sehingga mendorong terjadinya persaingan strategis.

Sumber ABC di kalangan pemerintah mengatakan pengumuman bersama ketiga menteri ini menunjukkan tekad Australia untuk meningkatkan pengaruh regional pasca pandemi.

Awal tahun ini, Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan Pasifik dan negara-negara lain "mengharapkan" Australia untuk membantu negara berkembang dalam memerangi virus ini.

Namun Pemerintah China dan kalangan swasta di sana telah menyalurkan sumber daya yang sangat besar untuk memproduksi vaksin.

Para ahli mengatakan perusahaan China telah mengembangkan empat dari belasan vaksin potensial yang saat ini sedang diuji di seluruh dunia.

Beijing bahkan telah menjanjikan kepada beberapa negara, Filipina, Vietnam dan Laos bahwa mereka akan mendapatkan akses awal ke vaksin yang terbukti berhasil.

Beijing juga menyatakan keinginannya agar Indonesia menjadi pusat produksi dan distribusi vaksin buatan China di seluruh kawasan.

Pernyataan ketiga menteri menyebutkan komitmen sebesar Rp5 triliun ini merupakan tambahan atas komitmen bantuan sebelumnya, serta tidak akan mengurangi program bantuan pembangunan lainnya.

Kalangan LSM menyambut baik komitmen ini, setelah sebelumnya mengkritik kebijakan PM Morrison memotong bantuan pembangunan untuk negara berkembang.

Pendeta Tim Costello, yang memimpin koalisi LSM kelompok Kristen, menyatakan komitmen pemerintah kali ini merupakan "aksi kepemimpinan bersejarah".

"COVID-19 tidak akan berakhir bagi negara tertentu sampai semuanya berakhir di negara lain. Komitmen kali ini memberikan harapan bagi warga di negara-negara yang mungkin tidak akan mendapatkan vaksin," katanya.

Ketua Dewan Australia untuk Pembangunan Internasional Marc Purcell mengatakan komitmen ini bagus buat tetangga Australia, untuk keamanan kesehatan regional dan bagi warga Australia sendiri.

"Jika vaksinasi berhasil, investasi Australia ini bukan hanya akan melindungi warga masyarakat yang rentan, tapi juga dapat mengubah hubungan Australia dengan tetangga kita," kata Purcell.

Komitmen kali ini akan diklasifikasikan sebagai bantuan luar negeri, namun sifatnya berupa tambahan saja dan bukan peningkatan bantuan secara permanen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: