Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengulik Bisnis Bunuh Diri Legal di Swiss yang Kontroversial tapi Harus Bayar Mahal

Mengulik Bisnis Bunuh Diri Legal di Swiss yang Kontroversial tapi Harus Bayar Mahal Kredit Foto: Unsplash/Eva Blue
Warta Ekonomi, Jakarta -

Swiss dikenal sebagai negara yang indah akan sumber daya alamnya. Tetapi, tahukah kamu bahwa Swiss adalah negara yang mengizinkan seseorang untuk bunuh diri? Ya, kamu tidak salah baca. Hal itu benar adanya bahkan ada 'Klinik Bunuh Diri'.

Klinik yang terkenal bernama Dignitas, namun ada juga yang bernama Exit. Dua kelompok bisnis tersebut telah mengakhiri hidup ribuan orang. Dignitas sendiri didirikan oleh seorang pengacara terkenal Swiss yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, Ludwig Minelli pada 1998.

Baca Juga: Studi: Peluang Bisnis di Industri 4.0 Meningkat hingga 51%

Dignitas menawarkan bantuan bunuh diri kepada orang yang menderita penyakit fisik atau mental berat dengan bantuan dokter. Para dokter ahli jiwa ini akan mengobservasi masing-masing pasien. Dignitas beserta para kliennya menganggap bahwa mengakhiri hidup sendiri merupakan hak setiap orang. Setiap orang berhak hidup dan mati dengan terhormat.

Hingga hari ini, Klinik Dignitas masih menjadi kontroversi. Di tambah lagi, mereka membuka cabang di Jerman. Organisasi ini juga dituding sebagai pemicu maraknya 'wisata bunuh diri' di Swiss dan Jerman.

Orang-orang yang datang ke kliik tersebut biasanya adalah yang bosan hidup. Mereka meminta diobati, bukan dengan terapi psikologis, melainkan untuk mati.

Dilansir dari Express di Jakarta, Jumat (6/11/2020) meminta untuk mati di tangan Dignitas tidaklah mudah. Ada berbagai proses rumit untuk meyakinkan pihak tersebut bahwa pasien ini memang pantas untuk mati.

"Ketika siap mati, Anda harus mengirimkan salinan catatan medis. Serta surat yang menjelaskan alasan kuat untuk mengakhiri hidup," ujar Ludwig Minelli.

Orang-orang yang ingin mati dari Klinik Dignitas pun harus membayar biaya sekitar Rp180 juta. Jadi, biasanya para pasien adalah orang kaya yang sakit tak berkesudahan atau penyakit mental lainnya. Dokter di sana juga akan memastikan pasien tersebut benar-benar ingin mati dan meminta mereka untuk membuat surat pernyataan bahwa keinginan tersebut adalah kehendak mereka sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun,

Lalu, konsultasi pun akan terus berlanjut hingga dokter memutuskan bahwa pasien itu pantas untuk mati. Jika sudah mencapai kesepakatan, pasien akan dirawat di Klinik Dignitas untuk menikmati saat-saat terakhir.

Proses kematian yang dilangsungkan oleh Klinik Dignitas adalah pasien akan diberi obat melumpuhkan saraf yang dicampur ke makanan. Hal ini bertujuan agar pasien bisa menjemput ajal tanpa rasa sakit.

Sebelum memberikan obat tersebut, dokter akan bertanya sekali lagi tentang keputusan pasien. Apabila pasien berubah pikiran, maka bantuan bunuh diri ini akan dihentikan.

Petugas dari Klinik Dignitas juga akan merekam semua perawatan yang dilakukan pasien sampai mengembuskan napas terakhir. Setelahnya, mereka akan memberikan keterangan resmi kepada polisi dan pihak-pihak terkait, termasuk keluarga mengenai kematian pasien.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: