Menteri Kesehatan Letjen (Purn) Terawan Agus Putranto baru saja dapat kesempatan bergengsi. Dia dikasih panggung oleh World Health Organization (WHO) untuk bicara soal penanganan Covid-19 di Indonesia.
Namun, Terawan diminta tidak geer dulu alias gede rasa dapat undangan tersebut mengingat undangan itu bukan penghargaan atas kesuksesan dirinya menangani Covid-19. Terawan diundang WHO lewat sebuah surat untuk ikut dalam konferensi pers virtual.
Baca Juga: Macam-macam Reaksi Netizen soal WHO Panggil Terawan
Acara itu diikuti Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus serta Menkes dari tiga negara, yakni Menkes Thailand Anutin Charnvirakul, Menkes Afrika Selatan Zweli Mkhize, dan Menkes Terawan.
Dalam undangannya, Terawan diminta berbagai pengalaman menerapkan penggunaan IAR Covid-19 secara nasional. IAR Covid-19 ini semacam tools evaluasi dan monitoring dalam penanganan Covid-19.
Acara dimulai sekitar jam 5 sore WIB, Jumat (6/11/2020). Setelah dibuka oleh host, acara dipandu Tedros Adhanom Ghebre yesus. Setelah Tedron, gantian Anutin Charnviraku sebagai pembicara pertama. Kedua, Zwelini Mkhize. Terawan dapat giliran terakhir.
Mantan Dirut RSPAD ini tampil kece dengan setelan jas hitam, komplit dengan dasi merahnya. Terawan berbicara dari ruang kerjanya di Kantor Kemenkes. Dia tidak sendiri, melainkan ditemani jajaran pejabat Kemenkes.
Apa yang disampaikan Terawan? Purnawiranan jenderal bintang 3 ini memulai pembicaraan dengan menyampaikan terima kasih pada WHO. "Sebuah penghargaan besar dapat berpartisipasi dalam acara hari ini," kata Terawan.
Terawan mengatakan, menangani Covid-19 di Indonesia bukan perkara mudah. Sebab, ada banyak sekali pemangku kepentingan, baik tingkat nasional maupun daerah yang harus diajak bekerja sama dalam satu komando.
"Meski begitu, di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi dan koordinasi dari Covid-19 Task Force Chief Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan seluruh stakeholder bisa berkomitmen dan berkontribusi dalam mendukung IAR," ujar Terawan. "Rekomendasi IAR berkontribusi meningkatkan komando dan koordinasi," katanya.
Setidaknya, ada sembilan hal yang menjadi dasar penerapan IAR yang dilakukan di Indonesia. Kesembilan poin itu yakni komando dan koordinasi, komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat, survei lans dan memperkuat tim investigasi, pengawasan transportasi internasional, penguatan laboratorium, kontrol infeksi, manajemen kasus, suport logistik dan operasional, serta manajemen pelayanan kesehatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: