Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gunakan BBM RON Tinggi, Komponen Mesin Kendaraan Bakal Lebih Awet

Gunakan BBM RON Tinggi, Komponen Mesin Kendaraan Bakal Lebih Awet Kredit Foto: Antara/Teguh Prihatna

Menurutnya BBM yang berkualitas tidak hanya memberikan performa yang lebih baik bagi mesin kendaraan, tapi juga berpengaruh bagi perbaikan lingkungan dengan kadar buang gas emisi yang lebih rendah.

“BBM gasoline dengan RON tinggi maupun gasoil dengan Cetane Number (CN) tinggi menjadikan proses pembakaran di ruang mesin lebih sempurna, jadi kendaraan lebih awet dan bertenaga,” ucapnya.

BBM oktan rendah akan membuat pembakaran di dalam mesin menjadi tidak sempurna. Hal ini terjadi karena terbakarnya BBM di dalam ruang bakar, hanya karena tekanan mesin, bukan percikan api dari busi. Akibatnya, selain menjadikan mesin mengelitik (knocking), juga membuat banyak BBM terbuang dan menjadi emisi hidrokarbon, karbon monoksida (CO), dan nitrogen dioksida melalui knalpot. 

Anton pun setuju masyarakat terus diedukasi didorong menggunakan BBM dengan kualitas tinggi, asalkan harga sesuai dengan kantong. Jika perlu diberikan diskon. 

"Setuju, tapi harus dipikirkan mengenai harganya, kalau memang harus menggunakan BBM dengan kualitas bagus, kita bicara harga," beber dia.

Sementara, pengamat energi Feby Tumiwa meminta pemerintah bisa mengurangi pasokan BBM jenis premium, agar masyarakat bisa beralih ke BBM dengan RON tinggi. Dia juga meminta ada pembatasan kuota premium dan harus sediakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. 

Misalnya, RON 92 seharga RON 88 atau RON 90. Agar kebijakan BBM lebih optimal, pemerintah bisa membuat standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkan, misalnya standar Euro IV. Demikian juga membuat kebijakan fuel economy untuk kendaraan bermotor yang progresif.

Salah satu upaya terkait dengan penggunaan Ron diatas 91, pemerintah  harus menyediakan bahan bakar dengan harga yang terjangkau. Sebab konsumen akan reaktif terhadap harga. Kalau harga premium dibuat mahal, konsumen akan pindah ke BBM lain yang lebih bersih tapi harganya lebih murah. 

“Kita tahu di premium, kualitas bahan kurang bagus, jadinya kendaraan kerap mondar mandir ke bengkel," jelas dia.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: