Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Uji Klinis Vaksin Sinovac di Brazil Dijeda, Epidemiolog: Rantai Manajemen Harus Diperbaiki

Uji Klinis Vaksin Sinovac di Brazil Dijeda, Epidemiolog: Rantai Manajemen Harus Diperbaiki Kredit Foto: Antara/REUTERS/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Jakarta -

Uji klinis tahap III vaksin Sinovac di Brazil dihentikan sementara karena ada relawan yang meninggal dunia. Peristiwa ini sedang diinvestigasikan oleh otoritas sempat.

Kabar ini tentu langsung menjadi sorotan di Indonesia mengingat Sinovac juga melakukan uji klinis tahap III di Tanah Air. Epidemiolog Ansariadi mengatakan bahwa penghentian sementara itu biasa dilakukan ketika ditemukan efek samping dari calon vaksin.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Siap, Industri Properti Bakal Lari Kencang

"Makanya, biasanya diinvestigasi. Ini meninggalnya karena apa? Apakah karena (calon) vaksin yang diujicobakan atau faktor lain," ujar Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu saat dihubungi SINDOnews, Jumat (13/11/2020).

Belakangan, beredar kabar penyebab relawan meninggal karena bunuh diri. Namun demikian, semua pihak masih menunggu hasil lengkapnya. Ansariadi menerangkan bahwa setelah ditemukan efek samping, tim etik penelitian akan turun untuk melihat pelaksanaan pengujian calon vaksin tersebut.

Tim etik inilah yang akan menentukan apakah uji coba bisa dilanjutkan atau tidak. Pertanyaannya muncul, calon vaksin yang sama berbeda efek samping antara satu orang dan wilayah dengan lainnya.

Penyuntikan vaksin Sinovac terhadap para relawan di Bandung sudah selesai. Sekarang tinggal memantau efikasi (khasiat dalam melindungi dari virus). Ansariadi menjelaskan bahwa perbedaan efek samping itu terjadi karena beberapa hal, seperti kondisi, genetik, dan lain-lain. Itulah pentingnya calon vaksin diuji coba di banyak tempat.

"Dalam uji coba itu pengawasannya harus ketat. Kalau ada efek samping, sama seperti kita minum obat, ada mual atau sebagainya, itu (nanti) dievaluasi. Misalnya, ada efek samping berat, biasa, atau sedikit, itu bisa diterima atau bagaimana?" tuturnya.

Pemerintah sendiri mewacanakan vaksinasi pertama dilakukan pada Desember atau awal tahun depan. Ansariadi mengatakan, hal itu tergantung dari hasil uji klinis vaksin, terutama efikasinya. Dia mengingatkan, setelah vaksin ada, jangan dibayangkan semuanya selesai. Namun, banyak hal yang harus dipersiapkan pemerintah pusat dan daerah.

"Banyak rantai manajemen yang harus diperbaiki. Bagaimana menyediakan dan mengirim vaksin. Bagaimana ketersediaan orang yang melakukan vaksinasi. Itu sangat menentukan program ini," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: