Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bikin Kesal, Kenapa Sih Suku Bunga Kredit Bank Lambat Turunnya?

Bikin Kesal, Kenapa Sih Suku Bunga Kredit Bank Lambat Turunnya? Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuannya BI-7day Reverse Repo Rate sebanyak 25 bps menjadi 3,75%. Tercatat, sepanjang tahun ini saja, bank sentral telah memangkas suku bunga acuannya sebanyak 125 bps. Bahkan bila dihitung sejak Juli 2019, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak 225 bps.

Namun, seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, industri perbankan biasanya sangat lambat meresponnya dengan melakukan penurunan suku bunga kreditnya juga.

Misalnya pada Januari 2020 hingga September 2020, rata-rata tertimbang suku bunga kredit cuma turun 62 bps dari 10,47% menjadi 9,85%.

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan, ada tiga faktor yang mempengaruhi suku bunga kredit yakni suku bunga dana (Cost of Fund/ CoF), biaya administrasi, dan premi risiko kredit.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan Turun, BI Minta Perbankan Turunkan juga Suku Bunga Kredit

Namun faktor pertama dan kedua, yakni suku bunga dana dan biaya administrasi, seharusnya tidak menjadi penghalang lantaran BI sudah berkali-kali menurunkan suku bunga acuan.

"CoF menurun dengan penurunan suku bunga acuan BI. Bila dihitung Juli tahun lalu sudah turun sebanyak 225 bps dan ini sudah mendorong menurunnya suku bunga dana, dan suku bunga PUAB itu sudah menurun, jadi faktor pertama mestinya ini bisa turunkan suku bunga kredit. Faktor kedua, biaya admin, dengan adanya kondisi covid-19, dan meningkatnya digitalisasi banking tentunya biaya admin menurut asesmen kami juga menurun," ujar Perry di Jakarta, Kamis (19/11/2020).

Namun pada faktor ketiga yakni persepsi risiko kredit bank inilah yang mempengaruhi lambatnya penurunan suku bunga kredit bank.

Risiko ini membuat bank meningkatkan kebutuhan pencadangan dalam bentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

"Terutama karena persepsi risiko kredit perbankan belum turun. Krn ttntu saja dgn menurunnya aktivitas ekonomi, persepsi risiko kredit mningkat dan sejumlah bank juga mningkatkan kebutuhan pencadangan terhadap risiko kredit tadi," pungkas Perry.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: