Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Dhana Galindra: Legitnya Bisnis Gudang Online

KOL Stories x Dhana Galindra: Legitnya Bisnis Gudang Online Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 semakin mempertegas bahwa digitalisasi merupakan kunci bagi para pelaku usaha untuk bertahan hidup. Sejak pandemi, kegiatan masyarakat memang beralih dari konvensional menuju online, termasuk dalam melakukan transaksi seperti belanja akibat adanya pembatasan aktivitas untuk menekan jumlah kasus Covid-19.

Hal itu terbukti dengan transaksi e-commerce pada Agustus 2020 naik hingga mencapai 140 juta dibanding periode sama tahun lalu yang hanya sebesar 80 juta transaksi maupun dibanding Agustus 2018 yaitu 40 juta transaksi berdasarkan data Bank Indonesia.

Baca Juga: KOL Stories X Sunil Tolani: Mau Sukses, Tapi Gak Siap Sukses

Kehadiran e-commerce juga melahirkan bisnis baru berupa  pergudangan mikro untuk pedagang online seperti Crewdible. Pasalnya, seiring dengan peningkatan bisnis tersebut, jasa sewa gudang menjadi bisnis yang sangat dibutuhkan saat ini. 

Lewat sistem crowdsource, yakni memanfaatkan infrastruktur, baik gedung, ruko, dan lainnya yang sudah ada dan dimanfaatkan ulang, Crewdible ingin mendukung pengembangan bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) saat ini.

Lantas, seperti apa sistem yang dibangun oleh Dhana di Crewdible? Bagaimanakah cara Crewdible membantu UMKM mengembangkan usahanya? Seperti apa sistem yang dibangun oleh Dhana ini? Lalu, apa yang harus dilakukan UMKM menggunakan jasa Crewdible?

Kali ini Warta Ekonomi melaui program Key Opinion Leaders Stories mengupas habis topik Legitnya Bisnis Gudang Online bersama dengan Dhana Galindra yang merupakan Founder sekaligus CEO Crewdible. Berikut ini kutipan wawancara jurnalis Warta Ekonomi Annisa Nurfitriyani dengan Dhana Galindra dalam program KOL Stories tersebut.

Apa kabar Mas Dhana? Bagaimana kesibukan di tengah pandemi saat ini?

Saya sehat. Selama pandemi Covid-19 ini saya menjadi sangat produktif karena bisa dalam sehari itu bisa menjalani 6-7 meeting, kalau dulu sebelum pandemi biasanya hanya tiga meeting perhari. Jadi, sekarang superproduktif.

Sebagai seorang startup enthusiast, bagaimana Mas Dhana melihat perkembangan startup saat ini?

Hampir semua startup di Indonesia terkena imbas pandemi Covid-19. Cuma memang ada startup yang terkena imbas positif dan ada pula startup yang terkena imbas negatif. Ada startup yang kurang beruntung karena pada tahap fundraising kemudian terjadi Covid. Itu yang paling parah sebab mereka tidak sempat melakukan fundraising. Alhasil, kita lihat sudah ada startup yang tutup karena tidak sempat melakukan fundraising.

Kita cukup beruntung, karena sebelum Covid-19 terjadi sudah melakukan penggalangan dana. Tapi, kalau dari dunia startup sendiri ada segmen-segmen baru yang mungkin tadinya tidak se-hot sekarang tiba-tiba karena ada pandemi maka segmen mereka naik banget terutama di edutech dan healthtech.

Kalau dari dunia investor, mereka jadi melihat lagi sektor ini. Sebelumnya, para investor biasa saja memandang segmen ini, tetapi kemudian menjadi hot banget sekarang.

Kemudian ada beberapa juga yang slowdown sementara seperti ride hailing Grab dan Gojek. Mungkin, slowdown sementara saja sampai kondisi kembali normal dan mereka akan bangkit lagi. Selama mereka bisa survive di tengah pandemi maka mereka akan baik-baik saja.

Menarik sekali melihat bisnis Crewdible yang dirikan oleh Mas Dhana, saya jadi mau tahu bagaimana cerita pendirian bisnis ini?

Jadi, sebenarnya Crewdible ini kita mulai karena kebutuhan sendiri. Sekitar tahun 2015 silam saya membaca buku berjudul The 4-Hour Workweek yang ditulis oleh Tim Ferriss. Premis buku itu adalah bukan berapa banyak yang kita dapat, tapi berapa banyak yang kita dapat dibagi dengan jumlah waktu yang kita spend.

Kemudian saya pikir bagaimana membuat bisnis yang tidak terlalu memakan waktu tapi bisa jalan terus. Jadi, konsepnya pada saat itu kita mulai jualan. Sebelum mulai jualan kita melakukan research dulu dengan memperhatikan Amazon.com.

Dari situ saya melihat kategori best seller yang artinya kategori barang laku berat. Kemudian pilih sesuai passion saya kebetulan olahraga lalu saya cari produsennya atau manufakturnya di China dan meminta mereka membuatkan produk yang sama dan ditempelkan logo kita.

Karena barang sudah tervalidasi laku berat di US sehingga di sini juga laku berat. Pada tahun 2016 kita cukup sibuk setiap hari kirim-kirim barang. Wah, capek banget. Akhirnya, balik lagi konsepnya kita bukan mau dapat income yang besar semata tapi kita mau income besar dengan cara efisien. Jadi, kita pikir tidak efektif handling sendiri, order fulfilment sendiri.

Kita pikir coba outsource saja. Kita buat satu bisnis unit untuk fulfilment-nya. Awalnya, kita kirim barang ke orang yang kerja di JNE dan JNT tapi pribadi bukan perusahaannya. Kita minta simpan barang nanti kalau ada pesan tolong kirimkan dan mereka dapat lima ribu rupiah setiap transaksi, awalnya seperti itu.

Seiring berjalan waktu banyak seller yang mau ikut model seperti itu. Karena malas setiap hari ke JNE apalagi khususnya untuk orang yang full time kerja. Lama-lama banyak yang mau ikut, nah kita pikir ini bisa dijadikan bisnis. Tahun 2017 kita memantapkan jadi bisnis terpisah terus kita namakan Crewdible.

Kemudian di 2018 kita dapat sedikit funding dari keluarga dan teman, tapi karena growth lumayan maka pada tahun 2019 kita berhasil ketemu dengan investor besar dari Jerman, yaitu Global Founders Capital.

Dari situ kita pertumbuhan sangat bagus dan cukup beruntung di masa pandemi ini kita tidak terkena tekanan berat. Walaupun, ada beberapa klien kita yang kategori rentan dengan dampak negatif Covid-19 mulai melemah satu per satu. Akan tetapi, ada kategori baru seperti home living, kesehatan, dan lain-lain itu yang mengalami kenaikan. Sebenarnya, secara keseluruhan sekarang ini kita berimbang dan tumbuh signifikan.

Apa tujuan utama Mas Dhana membangun Crewdible?

Dengan membangun Crewdible, kita mau membantu orang seperti saya agar bisa jualan tanpa ribet. Kita menyediakan platform sekaligus membantu orang lain supaya bisnis mereka berkembang.

Karena, kalau waktunya dipakai untuk operation rutin terus-menerus maka waktu mereka habis dan tidak akan sempat melakukan product development, sales, dan marketing. Kita mau agar pekerjaan yang berat dan membosankan itu di-outsource saja biar orang lain yang handle. Dengan demikian, mereka bisa fokus mengembangkan dan memperluas bisnis.

Jadi, tujuannya itu adalah membantu seller yang join di Crewdible agar bisa growing bersama dengan kita. Banyak juga inisiatif dari tim supaya kita bisa membantu mereka memperbesar bisnis. Perlu dicatat, Crewdible cuma bisa sukses kalau mereka juga sukses.

Lalu, seperti apa cara kerja Crewdible?

Kalau dari sisi seller mudah, mereka tinggal bergabung ke platform kita kemudian akan lihat banyak pilihan gudang-gudang yang bisa dipakai. Nah, biasanya kita suggest ke mereka agar memakai gudang yang cocok berdasarkan tiga hal, yakni lokasi, tipe barang, dan size.

Fokus pertama adalah dari sisi lokasi. Ada tipe seller yang mau lokasi gudang dekat dengan mereka. Ada juga yang pilih lokasi dekat dengan supplier-nya. Terakhir, ada pelaku UKM yang mencari lokasi dekat tengah kota karena zaman sekarang banyak yang mau same day atau instant delivery. Nah, dari situ mereka memilih gudang yang cocok dengan karakter mereka.

Kemudian mereka kirim inventory ke gudang. Habis itu mereka jualan online, mau punya multiple toko di e-commerce bisa. Semuanya otomatis langsung ke pool ke sistem kita. Jadi, mereka tidak perlu log in satu-satu transaksi. Begitu dapat transaksi maka mereka tidak perlu apa-apa lagi dan langsung kita proses fulfillment-nya.

Kalau ada retur, pengembalian tidak usah ke seller tetapi langsung ke gudang kita. Jadi, seller tidak menyentuh barang sama sekali.

Apa alasan yang paling mendasar bahwa UMKM sangat perlu menggunakan gudang online?

Memang, kita mau Crewdible ini memberikan value besar untuk user. Lokasi itu penting sekali karena akan menentukan jumlah sales mereka. Jadi, banyak sekali seller yang dari luar Jakarta bahkan luar Pulau Jawa. Bayangkan, kalau lokasi kita di Medan atau Palembang kemudian jualan cangkir, apakah mungkin orang Jakarta mau beli? Karena kejauhan, saya sebagai pembeli tentu lebih memilih seller yang berada di Jakarta karena seller di luar kota terkendala ongkir yang terlalu mahal.

Kedua, delivery mahal, ketiga kalau saya mau retur maka saya kirim balik jauh ke Medan sehingga mahal. Jadi, gudang online merupakan solusi bagi para seller yang berada di luar Pulau Jawa atau di luar kota besar agar bisa melakukan transaksi dengan konsumen di DKI Jakarta.

Kemudian ada dua kasus lagi, satu seller yang penjualan barang liquid atau aerosol. Mereka biasa menggunakan gudang kita di beberapa kota. Kenapa? Karena aerosol dan liquid misalnya pembeli di Surabaya tidak bisa menggunakan JNE karena di-banned. Biasanya, ujung-ujungnya mereka menyimpan inventory di beberapa kota besar. Begitu ada transaksi maka kirim di kota terdekat.

Yang kedua ialah tipe barang besar seperti bangku lipat dan lain-lain. Itu kasusnya kalau barang di Jakarta dan pembeli di Surabaya maka ongkos kirim mahal. Kemungkinan orang yang di Surabaya juga tidak mau beli.

Sebagai pioneer gudang online, Crewdible menggunakan sistem crowdsource. Boleh dijelaskan apa sih crowdsource?

Crowdsource memang suatu terminologi yang sering dipakai di dunia startup tapi jarang didengar orang awam seperti seller. Jadi, crowdsource itu menggunakan aset mitra, misalnya Gojek. Driver Gojek itu bukan karyawan tapi partner. Jadi, perbandingannya bisnis konvensional dengan crowdsource adalah konvensional itu seperti Bluebird. Pengemudi mereka di bawah manajemen Bluebird, mobilnya juga merupakan aset milik Bluebird.

Tapi, kalau crowdsource seperti di Gojek maka driver itu merupakan mitra dan mobil atau motor itu aset milik mitra. Itu konsep crowdsource.

Kenapa Crewdible menggunakan sistem crowdsource? Karena harga yang kita berikan ke user kita kenakan apabila mereka mencatatkan penjualan. Ini yang tidak bisa dilakukan provider lain yang biasa menyewa gudang. Artinya, provider lain kalau menyewakan gudang itu harus melakukan back to back dengan si seller. Jadi mereka harus charge si seller simpan barang di gudang mereka ada charging setiap malam. Tapi, kalau di kita karena bagi hasil dengan pemilik gudang.

Kita charging back to back juga kita bagi hasil dengan retailer makanya kita bisa membuat model bisnis yang sangat friendly untuk UKM.

Dari sisi UMKM, kita memang sadar bahwa kalau ada storage fee itu berat sekali bagi mereka karena UMKM tidak tahu kapan turun dan naik. Kalau lagi turun, di-charging kan berat buat mereka. Jadi, lebih berdasarkan pengalaman kita sendiri. Itu yang kita lakukan untuk membantu seller karena kita dulu mengalami hal yang sama.

Apa saja kategori produk yang bisa disimpan di gudang Crewdible?

Yang pasti produk yang terlarang tidak boleh. Tapi, secara umum mungkin bisa lihat mayoritas produk yang dijual di e-commerce bisa kita handle. Di departemen kita sendiri, kita membagi empat kategori. Pertama yang generik mulai dari home living hingga fashion. Kedua ada kategori food and beverage, ini bisa makanan kering, frozen food, dan yang fresh.

Ketiga ada healthy and beauty yang perlu ruangan AC dan benar-benar bersih. Keempat ada tipe barang industrial seperti di Ace Hardware.

Di mana saja lokasi gudang Crewdible?

Saat ini pesebaran active warehouse kita ada 104 gudang dan sekitar 50% ada di Jabodetabek. Kemudian 30% masih di Pulau Jawa tapi di luar Jabodetabek seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan lain-lain. Sisanya 20% di luar Pulau Jawa mulai dari Palembang, Medan, Makassar, hingga Aceh.

Lokasi gudang kita sebetulnya mengikuti permintaan. Jadi, tergantung user minta di mana. Kalau kita melihat data pertumbuhan e-commerce besarnya memang di luar Jabodetabek dan kita percaya satu atau dua tahun ke depan akan banyak yang di daerah-daerah.

Crewdible disebutkan bisa membantu memangkas biaya operasional. Bisa dijelaskan, kenapa Crewdible bisa membantu memangkas biaya operasional para pebisnis online?

Kalau bicara dari sisi biaya, kita lebih murah daripada sewa ruko sendiri atau memperkerjakan karyawan sendiri. Kenapa? Karena pada saat seller order banyak untuk sewa ruko itu di Jakarta sekitar Rp10 juta per satu bulan. Nah, ruko itu seringkali tidak dipakai semua tetapi hanya setengah bagian. Jadi, seharusnya mereka cukup membayar Rp5 juta.

Kalau di kita lebih murah. Itu dari segi sewa, dari sisi operasional juga karena di Crewdible sudah ada software maka kita juga sudah ada pengalaman di fulfillment. Jadi, kita bisa lebih cepat mengoperasikan sehingga bisa memberikan harga ekonomis.

Bagaimana proses keamanan barang di Crewdible?

Jadi secara rules, apapun yang terjadi di gudang misalnya barang pecah atau ada perampokan maka itu menjadi tanggung jawab kami atau di-cover asuransi. Kita cover 80% dari nilai jual mereka karena asumsi margin 20%. Jadi, yang kita ganti adalah modalnya.

Bagaimana perkembangan bisnis gudang online di Indonesia, khususnya bisnis Crewdible sendiri terlebih di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini?

Buat kita, dari sebelum Covid-19 pun terus mengalami kenaikan tren. Mungkin, karena Crewdible mengikuti tren e-commerce. Kita ada di sini kan karena e-commerce yang growing baru kita menyusul di belakangnya. Kebetulan Covid-19 ini, ada tantangan juga. Jadi, bukan semua berkah karena ada seller yang collapse.

Mungkin bisnis mereka sensitif terhadap Covid walaupun ada yang diuntungkan dengan adanya Covid seperti home living. Karena orang banyak di rumah jadi banyak beli pernak-pernik buat di rumah supaya nyaman, gaming juga naik banget. Jadi, ada kategori yang naik dan ada yang turun. Secara umum, kita masih terus growing sehingga bisa terus bantu seller. Kita berharap saja, setelah ada vaksin kemungkinan semua akan kembali membaik.

Sebagai startup, Crewdible sudah berhasil mendapatkan pendanaan hingga puluhan miliar yang bersumber Global Founders Capital (GFC) bagaimana cara Crewdible memperoleh kepercayaan investor?

Yang paling penting adalah mereka melihat dari peluang pasarnya apakah market yang kita layani itu besar atau tidak? Karena kita melayani pasar e-commerce sehingga semua orang sudah tahu itu salah satu market yang besar dan terus growing. Kemudian yang kedua dari sisi tim, kita sudah solid. Sebelum ada pendanaan dan kualitas layanan sudah bagus sehingga mereka percaya.

Ketiga dari sisi produknya. Selama tiga itu ter-cover itu merupakan kesempatan bagus bagi investor untuk invest. At least dua indikator saja sudah bisa investor melakukan invest. Nah, kita cukup beruntung karena tiga-tiganya ter-cover maka kita mendapat kepercayaan investor.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: