Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib 5 Perusahaan Milik Konglomerat Salim: Yang Untung Ada, Yang Buntung Pun Ada!

Nasib 5 Perusahaan Milik Konglomerat Salim: Yang Untung Ada, Yang Buntung Pun Ada! Kredit Foto: Nippon Indosari Corpindo

3. Nusantara Infrastructure 

Perusahaan selanjutnya yang menjadi bagian dari Salim Group adalah PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Sepanjang kuartal III 2020, META membukukan laba bersih sebesar Rp56,28 miliar. Jika dibandingkan dengan kuartal III 2019, nilai tersebut turun 56,43% dari capaian sebelumnya yang tercatat sebesar Rp133,76 miliar.

Padahal, META membukukan kenaikan pendapatan sebesar 22,28 miliar pada periode tersebut. Melansir dari laporan keuangan perusahaan, META mencetak pendapatan bersih sebesar Rp1,29 triliun pada September 2020, sedangkan September 2019 lalu tercatat sebesar Rp1,05 triliun.

Pendapatan usaha dan penjualan menyumbang bagian sebesar Rp373,44 miliar pada Q3 2020, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp46892 miliar. Sementara itu, pendapatan konstruksi menyumbang sebesar Rp912,45 miliar pada Q3 2020 atau lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar Rp584,99 miliar.

Faktor yang kemudian membuat keuntungan META terpangkas adalah membengkaknya beban umum dan administrasi dari Rp106,62 miliar pada September 2019 menjadi Rp119,45 miliar pada September 2020. Ditambah lagi, penghasilan keuangan META tercatat menipis, yakni daru Rp24,61 miliar pada tahun lalu menjadi Rp17,09 miliar pada tahun ini. Begitu pun dengan bagian laba bersih entitas asosiasi yang turun dari Rp55,61 miliar menjadi Rp23,86 miliar.

4. Indocement Tunggal Prakarsa

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga menjadi salah satu perusahaan milik Salim Group meski porsinya tidak terlalu besar. Perusahaan produsen semen ini tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp1,12 triliun pada September 2020 atau turn 5% dari September 2019 lalu yang mencapai Rp1,18 triliun.

Melansir dari laporan keuangan perusahaan, penurunan laba bersih tersebut terjadi seiring dengan lebih rendahnya pendapatan yang diterima INTP dalam sembilan bulan pertama tahun 2020. Dari tahun ke tahun, pendapatan INTP menurun 10,6%, yakni Rp11,35 triliun pada September 2019 menjadi Rp10,15 triliun pada September 2020.

Manajemen mengungkapkan, koreksi pendapatan terjadi seiring dengan volume penjualan yang terpangkas 9,7%. Pada sembilan bulan tahun lalu, INTP mencetak volume penjualan sebesar 13,50 juta ton dan angkanya turun menjadi 12,19 juta ton pada sembilan bulan pertama tahun ini. Volume penjualan tersebut masing-masing disumbang oleh pasar ekspor domestik sebesar Rp12,11 juta ton dan pasar ekspor sebesar 86 ribu ton. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, kontribusi tersebut menurun, di mana tahun lalu pasar domestik menyumbang 13,40 juta ton dan ekspor menyumbang 103 ribu ton.

"Pangsa pasar di Jawa meningkat 60 bps dari 34,2% menjadi 34,8% dan di luar Jawa meningkat 80 bps dari 14,6% menjadi 15,4%. Peningkatan di Jawa didorong oleh pangsa pasar dari keseluruhan Jawa  Barat (80 bps dari 45,7% menjadi 46,5%) dan pangsa pasar Jawa Tengah (200 bps dari 33,2% menjadi 35,2%). Sementara pertumbuhan di luar Jawa didorong dari pulau-pulau utama disebabkan oleh pengoperasian penuh Kompleks Pabrik Tarjun setelah musim liburan pertengahan tahun ini," ungkap manajemen secara tertulis, Jakarta, Rabu, 11 November 2020.

Manajemen menambahkan, sejak awal tahun 2020, pasar semen terganggu oleh curah hujan yang tinggi dan kemudian diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada perekonomian. Sampai dengan kuartal berikutnya, Indocement memperkirakan pasar masih akan terganggu oleh beberapa sentimen, seperti curah hujan tinggi akibat La Nina dan pilkada yang akan digelar pada Desember mendatang. 

"Namun demikian, dengan peningkatan anggaran infrastruktur pemerintah tahun 2021 kembali menjadi sebesar masa pra-Covid dan ekspektasi efek pengganda dari selesainya proyek-proyek infrastruktur  sebagai pendorong pengembangan kawasan industri dan pabrik, pertumbuhan permintaan tahun 2021 diperkirakan dapat bertumbuh positif antara +4% sampai +5%," sambungnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: