Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ternyata, Batu Bara Masih Menjadi Pilihan Paling Rasional

Ternyata, Batu Bara Masih Menjadi Pilihan Paling Rasional Kredit Foto: Rawpixel/Carol M Highsmith
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keefisienan dan kestabilan pasokan, serta harga menjadikanbatu bara, menurut berbagai kalangan, hingga kini masih menjadi pilihan paling rasional untuk energi listrik di Indonesia. Mereka menyebutkan batu bara adalah energi termurah saat ini dan diandalkan di tengah kondisi Indonesia yang memerlukan banyak energi untuk banyak sektor, termasuk kesehatan dan kehidupan keseharian. Kemajuan teknologi juga menjadikan energi fosil ini tak lagi digolongkan sebagai energi kotor.

Ketua Umum Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia-Ikatan Ahli Geologi Indonesia (MGEI-IAGI) Budi Santoso, menjelaskan aspek keefisienan dan ramah lingkungan energi barubara. Dia menyebutkan, murahnya harga energi batu bara disebabkan keberadaannya menyebar di hampir seluruh Indonesia. Dengan demikian, batu bara tidak hanya mudah didapat dan murah,juga stabil pasokannya.

"Sangat rasional kalau kita mengendalikan energi batu bara. Jadi energi batu bara yang disebut energi kotor adalah hoax. Saya jamin karena batu bara indonesia abunya rendah, sulfurnya juga rendah," kata Budi kepada wartawan, Rabu (25/11/2020).

Baca Juga: 11 Buruh Tambang Batubara Tewas Tertimbun Longsoran Tanah di Muara Enim

Dia juga menyebutkan, hasil penelitian terhadap besaran biaya listrik, energi batubara masih yang termurah bagi konsumen.Sedang menyoal dampak lingkungan, MGEI-IAGI menyatakan,hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa teknologi pembangkit listrik batu bara sudah bisa menangkap debu dengan ukuran di bawah lima mikron.Bahkan, untuk masalah buangan gas asam, teknologi kini juga sudah melakukan desulfurisasi yang sangat baik. Karenanya, emisipembangkit tak berbahaya.

"Teknologi modern pembangkit sudah sangat maju. Emisinya secara ketat dikontrol jauh bahkan jauh lebih kecil dari 5 mikron.Padahal, debu-debu di jalan itu antara 5-15 mikron," urainya.

Ketua Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia, Wiluyo Kusdwiharto, di kesempatan berbeda mengamini.Produksi listrik yang murah akan mendorong penyediaan listrik ke masyarakat, industri, dan bisnis yang kompetitif, serta akan menjadi daya tarik bagi industri. Harga listrik juga menjadi faktor yang menentukan ease of doing business di suatu negara.

Baca Juga: Potensi Energi Terbarukan, Ini yang Terjadi Jika Sawit Digantikan

Karenanya, untuk menyediakan listrik kepada masyarakat, negara harus memenuhi prinsip kecukupan, keandalan, keberlanjutan, keterjangkauan, dan keadilan. Penggunaan batu bara adalah masih yang paling pas untuk Indonesia dan banyak negara.

Wiluyo tak menampik banyak tudingan terhadap PLTU batu bara menghasilkanenergi kotor. Tapi itu adalah kondisi dulu. Dia mengingatkan, perkembangan teknologi modern menjadikan PLTU batu bara justru kian efisien ramah lingkungan. Pembangkit kekinian di Tanah Air, sudah mengadopsi teknologi modern ramah lingkungan ini.

Pengamat Energi Ahmad Redi juga mengutarakan opsi rasional ini.Menurut catatan dia, saat ini batu bara masih menjadi bahan baku utama pembangkit listrik dengan persentase sekitar 60%.

Di perhitungan keefisienan, penggunaan batu bara menyebabkan konsumen juga bisa memperoleh harga listrik yang terjangkau.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: